Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Mau nulis tinggal nulis...

Ada saudara yang minta tolong diajarin nulis, kebetulan ada persyaratan nulis essay di Perusahaan yang dia bidik untuk dilamar. Wah, kalau aku sih mulai meninggalkan gaya tulis menulis baku. Cuman bisa sumbang saran buat konsep dulu tentang apa yang mau ditulis. Jadi, kesimpulannya apa dong? Kalau itu aku nggak tahu. Berdasarkan pengalaman-ku yang seluas tempurung kelapa, gaya nulis, tata cara nulis, konsep orang nulis itu berbeda satu sama lain. Ada yang melihat sesuatu langsung nulis, ada yang merencanakan nulis dan langsung nulis, ada yang abis buang hajat terus nulis juga ada. Ritual penulis beda-beda, namun aku belum pernah tahu ada penulis yang bakar kemenyan dulu, terus nulis. Kalau aku pokoknya lagi pengen nulis ya nulis, dan kalau nggak pengen nulis ya nggak nulis. Ada inspirasi datang buat ditulis kalau lagi nggak mood ya nggak nulis. Seperti sekarang, aku lagi pengen nulis ya nulis meski sambil gendong athira di parkiran pasar ya nulis. Toh nggak habisin waktu 15 menit buat

Jangkrik!, Sejuta Sumpah Serapah buat Pengecer BBM

Sudah hampir seminggu mobilku aku isi dengan Bensin eceran. Pagi ini sebelum berangkat kerja mobil ini tak beliin bensin 2 liter, kemarin diisi 5 liter, kemarinnya lagi 2 liter, dan 2 liter lagi dihari sebelumnya. Meski begitu aku merasa beruntung banget karena mobilku ini sangat irit kalau dilihat dari jarak tempuhnya, walau kadang-kadang kepikiran kepingin ganti dengan yang mesin diesel yang lebih bertenaga dan irit kalau didalam Kota. Jangkrik, asem, dan berjuta sumpah serapah yang ada di muka bumi buat pengecer yang rakus. Ingat, yang rakus saja. Meski ada juga pengecer yang tidak terlalu rakus menumpuk BBM dengan alasan ini itu, atau mungkin hanya kurang modal. Membeli BBM untuk ditumpuk dan dijual kembali dengan harga yang lebih mahal adalah pelanggaran hukum. Sudah beberapa kali aku menulis soal ini, namun apa boleh buat kejadian demi kejadian kelangkaan BBM di Kota Bontang dan sekitarnya masih terjadi, kalaupun stok aman itu cuman berlaku untuk beberapa saat saja, seterusnya a

Asah Otak

Mirip pisau, kalau nggak diasah tentunya akan tumpul. Begitu juga otak Manusia. Setelah Otak ini jarang istirahat 'mikir' saat kerja di Kontraktor Pertambangan, sekarang lebih banyak istirahat atau istilah ndeso-nya jarang mikir. Bukan berarti ini mengabaikan rutinitas-ku yang sekarang, soal mikir 'Usaha Mandiri'-ku yang sekarang, insting dan kejelian Sang Istri lebih dominan. Estimasi Sang Nyonya lebih 'cespleng' alias tepat sasaran. Kalau Sang Nyonya yakin, keuntungan dua kali lipat bahkan lebih dari modal gampang banget didapet. Maklum, jiwa dagang-nya sudah diolah mulai dari Sekolah Dasar. Lha, aku? Terbiasa berfikiran systematis, analisis, dan pemikiran-pemikiran kaku yang lain agak susah berkembang. Sebagai contoh, ketika ada pisang raja ukuran besar dengan harga Rp. 6.000/sisir istri-ku berani ngambil, karena bisa dijual Rp. 13.000/sisir atau paling apes Rp. 10.000/sisir itupun jarang terjadi dan kalau terjadi biasanya 'harga teman'. Nah, ketika