Modal dengkul atau usaha tanpa modal, pertama saya ketahui contohnya sewaktu saya baca buku Robert Kiyosaki. Kelihatannya mudah diucapkan namun sulit diterapkan, ada beribu alasan yang menguatkan. Ah, dia khan sudah banyak koneksi. Atau dia khan memang bisa ini, bisa itu. Begitu banyak alasan, itulah yang ada dalam fikiran saya dulu.
Lain dulu, lain sekarang. Ilmu Robert Kiyosaki ternyata gampang diterapkan. Tidak perlu pakai model usaha properti atau usaha usaha yang lain, yang berkaitan dengan "duit gedhe", karena dengkul tetaplah dengkul.
Trik modal dengkul seperti ini sebenarnya bisa dilakukan dibanyak usaha. Saya pengen cerita sedikit dari hal yang kecil 'bin' sederhana yang mudah-mudahan dapat meng-insipirasi Anda untuk "berdengkul ria".
Ilmu ini keluar dengan sendirinya saat saya terjangkit penyakit 'kepepetisme', ya yang namanya kepepet, kreatifitas akan muncul tiba-tiba.
Begini ceritanya, setelah memilih mundur dari 'hiruk pikuk' Dunia Pertambangan Batubara dan memilih all out untuk berwirausaha dengan berdagang buah-buahan dan sayur-mayur di Pasar. Untuk kehidupan yang lebih baik harus dijauhkan dari rasa gengsi atau hal-hal lain yang menghambat.
Oiya, ngelantur terlalu banyak. Balik lagi ke contoh sederhana. Saya dan istri biasanya mengambil barang dagangan (sayur dan buah-buahan) itu di beberapa pemasok (tengkulak) yang kemudian saya jual sendiri dan saya oper-kan ke pedagang lain. Tengkulak biasanya mengambil dari petani langsung. Nah, karena seringnya mengambil barang atau bisa dikatakan sudah meningkat statusnya sebagai pelanggan maka dengan sendirinya kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya.
Saat harga cabe (lombok) membumbung tinggi, saya ditawarin oleh pemasok saya untuk mengecerkan cabe tersebut. Saat itu hanya membawa uang modal sebesar 250 rb dan sudah habis untuk belanja barang yang lain. Karena kepercayaan inilah, pemasok saya menyuruh saya untuk membayarnya pada keesokan harinya. Saat itu harga cabe yang saya ambil 70 rb/kg-nya, dan ada sebanyak 1 karung kecil seberat 10 kg. Maka hutang saya ke pemasok yang harus saya bayar besok adalah sebesar Rp. 700 rb. Sore itu juga saya bawa ke pasar dan saya Jual ke Pedagang sebesar Rp. 80 rb/kg. Hanya beberapa saat saja cabe sudah ludes terjual. Keuntungan dari aksi "profit taking" tersebut sebesar Rp. 100 rb hanya dengan mainan cabe sebanyak 10 kg dengan waktu beberapa saat saja dan yang harus digaris bawahi adalah tanpa modal.
Itulah salah satu contoh kecil 'bin' sederhana, bagaimana 'dengkul-dengkul' tersebut beraksi, masih banyak contoh-contoh lain. Mengutip kata Robert Kiyosaki, Biarkan uang yang bekerja buat Anda, dan jangan biarkan Anda yang bekerja mengejar uang.
Suatu pelajaran yang berharga buat saya yang bisa anda aplikasikan adalah:
1. Kepercayaan, dalam berbisnis adalah hal yang penting, jangan rusak dengan hal-hal yang berpotensi mengikisnya. Kepercayaan sama dengan modal untuk memutar uang.
2. Kejelian melihat peluang, karena peluang muncul secara kondisional, jangan pernah sia-siakan peluang karena itu adalah kesempatan anda.
3. Doa, karena ini adalah final. Setelah usaha, kewajiban manusia adalah berserah diri Kepada Yang Maha Kuasa.
Lain dulu, lain sekarang. Ilmu Robert Kiyosaki ternyata gampang diterapkan. Tidak perlu pakai model usaha properti atau usaha usaha yang lain, yang berkaitan dengan "duit gedhe", karena dengkul tetaplah dengkul.
Trik modal dengkul seperti ini sebenarnya bisa dilakukan dibanyak usaha. Saya pengen cerita sedikit dari hal yang kecil 'bin' sederhana yang mudah-mudahan dapat meng-insipirasi Anda untuk "berdengkul ria".
Ilmu ini keluar dengan sendirinya saat saya terjangkit penyakit 'kepepetisme', ya yang namanya kepepet, kreatifitas akan muncul tiba-tiba.
Begini ceritanya, setelah memilih mundur dari 'hiruk pikuk' Dunia Pertambangan Batubara dan memilih all out untuk berwirausaha dengan berdagang buah-buahan dan sayur-mayur di Pasar. Untuk kehidupan yang lebih baik harus dijauhkan dari rasa gengsi atau hal-hal lain yang menghambat.
Oiya, ngelantur terlalu banyak. Balik lagi ke contoh sederhana. Saya dan istri biasanya mengambil barang dagangan (sayur dan buah-buahan) itu di beberapa pemasok (tengkulak) yang kemudian saya jual sendiri dan saya oper-kan ke pedagang lain. Tengkulak biasanya mengambil dari petani langsung. Nah, karena seringnya mengambil barang atau bisa dikatakan sudah meningkat statusnya sebagai pelanggan maka dengan sendirinya kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya.
Saat harga cabe (lombok) membumbung tinggi, saya ditawarin oleh pemasok saya untuk mengecerkan cabe tersebut. Saat itu hanya membawa uang modal sebesar 250 rb dan sudah habis untuk belanja barang yang lain. Karena kepercayaan inilah, pemasok saya menyuruh saya untuk membayarnya pada keesokan harinya. Saat itu harga cabe yang saya ambil 70 rb/kg-nya, dan ada sebanyak 1 karung kecil seberat 10 kg. Maka hutang saya ke pemasok yang harus saya bayar besok adalah sebesar Rp. 700 rb. Sore itu juga saya bawa ke pasar dan saya Jual ke Pedagang sebesar Rp. 80 rb/kg. Hanya beberapa saat saja cabe sudah ludes terjual. Keuntungan dari aksi "profit taking" tersebut sebesar Rp. 100 rb hanya dengan mainan cabe sebanyak 10 kg dengan waktu beberapa saat saja dan yang harus digaris bawahi adalah tanpa modal.
Itulah salah satu contoh kecil 'bin' sederhana, bagaimana 'dengkul-dengkul' tersebut beraksi, masih banyak contoh-contoh lain. Mengutip kata Robert Kiyosaki, Biarkan uang yang bekerja buat Anda, dan jangan biarkan Anda yang bekerja mengejar uang.
Suatu pelajaran yang berharga buat saya yang bisa anda aplikasikan adalah:
1. Kepercayaan, dalam berbisnis adalah hal yang penting, jangan rusak dengan hal-hal yang berpotensi mengikisnya. Kepercayaan sama dengan modal untuk memutar uang.
2. Kejelian melihat peluang, karena peluang muncul secara kondisional, jangan pernah sia-siakan peluang karena itu adalah kesempatan anda.
3. Doa, karena ini adalah final. Setelah usaha, kewajiban manusia adalah berserah diri Kepada Yang Maha Kuasa.
Wah keren juga modal dengkulnya mas,,,heheh jadi tambah semangat.
BalasHapus