Apa hubungannya? Ini cuma sekedar ungkapan pikiran yang sebenarnya berawal dari persepsi istri melihat dari tayangan televisi. Ini sudah agak lama saya jelasin sama istri, namun ada sesuatu yang salah di tayangan televisi dan harus dikoreksi. Biar tidak ada lagi salah persepsi-salah persepsi berikutnya.
Waktu habis wudhu, aku mau sholat. Tapi, istriku menggoda dan mau pegang tanganku.
"eh, jangan pegang. Aku belum sholat. Nanti batal lho", aku bilang.
"lho, kita khan muhrim, sudah halal dong", jawabnya.
"ah, kata siapa?", tanyaku.
Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia punya persepsi seperti itu karena liat tayangan di TV. Ada tayangan sinetron yang pengen kelihatan islami namun kurang paham dengan islami-nya. Salah satu contoh, ingat baru salah satu contoh ada tayangan tentang pesantren dan ustad rocker-nya. Ada adegan dimana Sang rocker yang habis menikahi gadis pesantren bilang ke gadis tersebut kita sudah muhrim, di beberapa episode sebelumnya sang gadis bilang kita bukan muhrim jadi jangan dekat-dekat. Nah, inilah yang menjadi salah satu, ingat salah satu inspirasi pemikiran istri tentang pendapatnya tentang wudhu, muhrim, halal, haram.
Ilmu dasar itu penting, karena landasan hukum suatu persoalan disitu. Contoh masih dari wudhu, ketika ngobrol waktu wudhu apakah sah wudhunya apa tidak? Lha, ini cuman ilmu dasar kadang-kadang kita melupakan ilmu yang dianggap sepele namun ini adalah dasar pengetahuan. Bagi yang tidak tahu atau kurang tahu khan jadi salah persepsi.
Balik lagi ke persoalan. Sepengetahuan-ku, wudhu-ku akan batal saat disentuh istri, kenapa? karena salah satu penyebab batalnya wudhu berkata, "batal wudhu jika bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya". Model bersentuhannya pun ada beberapa pendapat didasarkan beberapa kajian ilmu. Ada madzhab mengatakan yang bersentuhan kulit dengan kulit baru batal. Madzhab yang lain mengatakan kalau menyentuh kainnya saja sudah batal. Itu diatur dalam madzhab masing-masing.
Lha mahram itu apa? Mahram itu adalah orang yang tidak boleh dinikahi. Kebanyakan orang "slindro" atau salah pengertian dengan muhrim yang ada dalam ibadah haji. Mahram dikarenakan tiga sebab yaitu:
1. Sebab keturunan, ada 7.
2. Sebab persusuan, saudara sepersusuan dengan syarat 5 kali menyusui hingga kenyang.
3. Sebab pernikahan, ada 4.
Nah, ungkapan atau ucapan yang bilang, "maaf kita bukan mahram, jadi jangan berdua-duaan disini" ini benar. Namun, jika yang sudah menikah berkata, "kita khan sudah halal, kita khan muhrim (mahram maksud orang tersebut". Ini yang salah. Halal betul karena sudah menikah, kalau mahramnya adalah salah. Orang yang terikat pernikahan bukan berarti mahramnya, mahram malah tidak boleh menikah. Inilah yang salah kaprah. Sudah salah masuk TV lagi, apa nggak malu?
Nah, itulah kata pak yayi (Bapak Kyai) bilang kalau itulah gunanya 'ngaji'. Ngaji itu menurut saya, meng-kaji. Di era digital kayak gini kita lebih di per-mudah untuk ngaji. Bisa ngaji di wikipedia, ensiklopedia, atau yang lain. Nggak melulu sampeyan harus buka al-qur'an. Baca al-qur'an sangat perlu, lebih perlu lagi kalau tahu artinya. Karena, baca al-qur'an itu tahap awal untuk ngerti tulisannya, setelah ngerti tulisan harus ngerti artinya,habis ngerti arti terus paham, habis paham terus meng-aplikasikan. Nah, ini ungkapan pemikiran saya soal wudhu, soal muhrim. Inilah ilmu, Yang Maha Kuasa memberikan kajian yang bermula dari suatu diskusi suami istri. Benar tidaknya pemahaman tergantung pada kapasitas ilmu pada sesuatu. Nah, monggo kalau ada yang mengoreksi dengan dalil atau latar belakang ilmu yang lebih mendalam. Kajian dan diskusi yang benar akan memperdalam ilmu bersama. Kritik dan koreksi mohon ditulis dikomentar. Terima kasih.
Waktu habis wudhu, aku mau sholat. Tapi, istriku menggoda dan mau pegang tanganku.
"eh, jangan pegang. Aku belum sholat. Nanti batal lho", aku bilang.
"lho, kita khan muhrim, sudah halal dong", jawabnya.
"ah, kata siapa?", tanyaku.
Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia punya persepsi seperti itu karena liat tayangan di TV. Ada tayangan sinetron yang pengen kelihatan islami namun kurang paham dengan islami-nya. Salah satu contoh, ingat baru salah satu contoh ada tayangan tentang pesantren dan ustad rocker-nya. Ada adegan dimana Sang rocker yang habis menikahi gadis pesantren bilang ke gadis tersebut kita sudah muhrim, di beberapa episode sebelumnya sang gadis bilang kita bukan muhrim jadi jangan dekat-dekat. Nah, inilah yang menjadi salah satu, ingat salah satu inspirasi pemikiran istri tentang pendapatnya tentang wudhu, muhrim, halal, haram.
Ilmu dasar itu penting, karena landasan hukum suatu persoalan disitu. Contoh masih dari wudhu, ketika ngobrol waktu wudhu apakah sah wudhunya apa tidak? Lha, ini cuman ilmu dasar kadang-kadang kita melupakan ilmu yang dianggap sepele namun ini adalah dasar pengetahuan. Bagi yang tidak tahu atau kurang tahu khan jadi salah persepsi.
Balik lagi ke persoalan. Sepengetahuan-ku, wudhu-ku akan batal saat disentuh istri, kenapa? karena salah satu penyebab batalnya wudhu berkata, "batal wudhu jika bersentuhan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya". Model bersentuhannya pun ada beberapa pendapat didasarkan beberapa kajian ilmu. Ada madzhab mengatakan yang bersentuhan kulit dengan kulit baru batal. Madzhab yang lain mengatakan kalau menyentuh kainnya saja sudah batal. Itu diatur dalam madzhab masing-masing.
Lha mahram itu apa? Mahram itu adalah orang yang tidak boleh dinikahi. Kebanyakan orang "slindro" atau salah pengertian dengan muhrim yang ada dalam ibadah haji. Mahram dikarenakan tiga sebab yaitu:
1. Sebab keturunan, ada 7.
2. Sebab persusuan, saudara sepersusuan dengan syarat 5 kali menyusui hingga kenyang.
3. Sebab pernikahan, ada 4.
Nah, ungkapan atau ucapan yang bilang, "maaf kita bukan mahram, jadi jangan berdua-duaan disini" ini benar. Namun, jika yang sudah menikah berkata, "kita khan sudah halal, kita khan muhrim (mahram maksud orang tersebut". Ini yang salah. Halal betul karena sudah menikah, kalau mahramnya adalah salah. Orang yang terikat pernikahan bukan berarti mahramnya, mahram malah tidak boleh menikah. Inilah yang salah kaprah. Sudah salah masuk TV lagi, apa nggak malu?
Nah, itulah kata pak yayi (Bapak Kyai) bilang kalau itulah gunanya 'ngaji'. Ngaji itu menurut saya, meng-kaji. Di era digital kayak gini kita lebih di per-mudah untuk ngaji. Bisa ngaji di wikipedia, ensiklopedia, atau yang lain. Nggak melulu sampeyan harus buka al-qur'an. Baca al-qur'an sangat perlu, lebih perlu lagi kalau tahu artinya. Karena, baca al-qur'an itu tahap awal untuk ngerti tulisannya, setelah ngerti tulisan harus ngerti artinya,habis ngerti arti terus paham, habis paham terus meng-aplikasikan. Nah, ini ungkapan pemikiran saya soal wudhu, soal muhrim. Inilah ilmu, Yang Maha Kuasa memberikan kajian yang bermula dari suatu diskusi suami istri. Benar tidaknya pemahaman tergantung pada kapasitas ilmu pada sesuatu. Nah, monggo kalau ada yang mengoreksi dengan dalil atau latar belakang ilmu yang lebih mendalam. Kajian dan diskusi yang benar akan memperdalam ilmu bersama. Kritik dan koreksi mohon ditulis dikomentar. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar