Setelah satu bulan berpuasa, tiba saatnya hari kemenangan dan tentunya menang buat yang berpuasa, itupun yang puasanya benar.
Tahun ini terasa betul makna yang didapatkan dari Puasa, lebih paham makna-makna yang ada dari semua aktifitas. Kemarin-kemarin tidak terasa seperti ini, ada yang puasanya hanya sebatas kewajiban, pada tahun berikutnya puasanya sudah mulai bener dan ada "sesuatu" yang nempel dihati, mungkin baru kena bau-nya tattakun (taqwa). Tahun ini beda, bukan disuasana, bukan ditempat, tapi di hati. Iman mungkin sedikit naik, tattakun mungkin juga sama, atau naik dikitlah. Tapi perasaan mengambil makna dari sesuatu kejadian yang ada itu yang ada dihati sekarang.
Tidak tahu apa yang terjadi, apakah cuman adanya peningkatan kedewasaan diri atau tahun ini lebih sering dengarkan ceramah pagi diradio mobil saat berangkat kerja, aku nggak tahu. Seperti waktu anakku jalan sendiri diparkiran pasar dan balik sudah dapat buah kelengkeng dari pedagang buah diparkiran pasar. Anakku lantas mau membuka kulit dan memakan buah itu, nggak tahu hati ini langsung bergerak dan bilang, "jangan athira!", cegahku.
"athira minta dulu sama bapak itu, ayo papa anter".
Trus, aku gendong athira dan bilang ke bapak penjual buah, "om aku minta satu kelengkengnya buat anakku ya" kataku ke om tersebut yang kebetulan aku kenal.
Kata om-nya, "ambil aja, tadi memang tak suruh ngambil kok. Ambil yang ini juga, cuman buat anak kecil aja kok!"
Ada perasaan lega mendengar jawaban om.
Dalam fikiranku, aku takut anakku memakan sesuatu yang tidak jelas hukumnya apalagi yang haram. Takut sesuatu yang haram sedikit aja akan mempengaruhi perilakunya dimasa-masa mendatang, takut juga ditanyain diakhirat nanti, "hey, khoirul kamu kasih makan yang halal ajakah anak istrimu" berabe jadinya kalau salah, pengennya dapet kavling-an di surga bisa-bisa mampir dulu di Neraka. Naudzubilah mindalik, jangan sampai deh. Kemarin tidak terlalu memperhatikan (sensitif) sampai segitunya.
Cari duit juga jadi hati-hati betul dan sering cerewetin istri akan sesuatu soal dagang, soalnya denger cerita ceramah ustad diradio mobil, kalau Nabi Sulaiman itu kaya raya, saking kayanya konon nanti proses hisab hartanya diakhirat, memakan waktu sampai ratusan tahun buat meng-audit, gara-gara saking banyaknya. Padahal itu hitungan tahunnya akhirat, bukan tahunnya dunia. Cuman buat ditanyain, "Hartamu yang tanggal segini, jam segini, detik segini kamu dapatkan dengan cara gimana dan kamu belanjakan dengan cara gimana?".
Itu cuman 2 contoh makna yang bisa aku share, padahal di Ramadhan ini aku dapatkan ilmu (makna) dari ratusan kejadian dibulan ramadhan ini.
Apakah ada peningkatan taqwa?
Kalau keimanan perasaan meningkat tipis aja, tapi muncul ada ketakutan kegerus lagi setelah ramadhan.
Tidak tahu apa yang terjadi, namun terasa ada perasaan yang positif. Semoga ini hasil dari puasa yang bagus, meski tidak tahu apakah itu bener-bener bagus atau tidak karena itu sepenuhnya penilaian hanya Allah ta'ala yang tahu.
Dihari yang fitri ini, saya minta maaf ke semuanya. Bila selama ini ada kesalahan, ketersinggungan atau apalah yang membuat dosa diantara kita saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga, ke-fitrahan ini tetap terjaga dan kalau tergerus sedikit aja-lah dan sebelum tergerus dengan dosa yang lebih banyak lagi, kita sudah bertemu ramadhan yang akan datang.
..........................................
This email was sent using Nokia N78 and Powered by khoirulmustofa.net
Tahun ini terasa betul makna yang didapatkan dari Puasa, lebih paham makna-makna yang ada dari semua aktifitas. Kemarin-kemarin tidak terasa seperti ini, ada yang puasanya hanya sebatas kewajiban, pada tahun berikutnya puasanya sudah mulai bener dan ada "sesuatu" yang nempel dihati, mungkin baru kena bau-nya tattakun (taqwa). Tahun ini beda, bukan disuasana, bukan ditempat, tapi di hati. Iman mungkin sedikit naik, tattakun mungkin juga sama, atau naik dikitlah. Tapi perasaan mengambil makna dari sesuatu kejadian yang ada itu yang ada dihati sekarang.
Tidak tahu apa yang terjadi, apakah cuman adanya peningkatan kedewasaan diri atau tahun ini lebih sering dengarkan ceramah pagi diradio mobil saat berangkat kerja, aku nggak tahu. Seperti waktu anakku jalan sendiri diparkiran pasar dan balik sudah dapat buah kelengkeng dari pedagang buah diparkiran pasar. Anakku lantas mau membuka kulit dan memakan buah itu, nggak tahu hati ini langsung bergerak dan bilang, "jangan athira!", cegahku.
"athira minta dulu sama bapak itu, ayo papa anter".
Trus, aku gendong athira dan bilang ke bapak penjual buah, "om aku minta satu kelengkengnya buat anakku ya" kataku ke om tersebut yang kebetulan aku kenal.
Kata om-nya, "ambil aja, tadi memang tak suruh ngambil kok. Ambil yang ini juga, cuman buat anak kecil aja kok!"
Ada perasaan lega mendengar jawaban om.
Dalam fikiranku, aku takut anakku memakan sesuatu yang tidak jelas hukumnya apalagi yang haram. Takut sesuatu yang haram sedikit aja akan mempengaruhi perilakunya dimasa-masa mendatang, takut juga ditanyain diakhirat nanti, "hey, khoirul kamu kasih makan yang halal ajakah anak istrimu" berabe jadinya kalau salah, pengennya dapet kavling-an di surga bisa-bisa mampir dulu di Neraka. Naudzubilah mindalik, jangan sampai deh. Kemarin tidak terlalu memperhatikan (sensitif) sampai segitunya.
Cari duit juga jadi hati-hati betul dan sering cerewetin istri akan sesuatu soal dagang, soalnya denger cerita ceramah ustad diradio mobil, kalau Nabi Sulaiman itu kaya raya, saking kayanya konon nanti proses hisab hartanya diakhirat, memakan waktu sampai ratusan tahun buat meng-audit, gara-gara saking banyaknya. Padahal itu hitungan tahunnya akhirat, bukan tahunnya dunia. Cuman buat ditanyain, "Hartamu yang tanggal segini, jam segini, detik segini kamu dapatkan dengan cara gimana dan kamu belanjakan dengan cara gimana?".
Itu cuman 2 contoh makna yang bisa aku share, padahal di Ramadhan ini aku dapatkan ilmu (makna) dari ratusan kejadian dibulan ramadhan ini.
Apakah ada peningkatan taqwa?
Kalau keimanan perasaan meningkat tipis aja, tapi muncul ada ketakutan kegerus lagi setelah ramadhan.
Tidak tahu apa yang terjadi, namun terasa ada perasaan yang positif. Semoga ini hasil dari puasa yang bagus, meski tidak tahu apakah itu bener-bener bagus atau tidak karena itu sepenuhnya penilaian hanya Allah ta'ala yang tahu.
Dihari yang fitri ini, saya minta maaf ke semuanya. Bila selama ini ada kesalahan, ketersinggungan atau apalah yang membuat dosa diantara kita saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga, ke-fitrahan ini tetap terjaga dan kalau tergerus sedikit aja-lah dan sebelum tergerus dengan dosa yang lebih banyak lagi, kita sudah bertemu ramadhan yang akan datang.
..........................................
This email was sent using Nokia N78 and Powered by khoirulmustofa.net
Komentar
Posting Komentar