Bhinneka Tunggal Ika, unity in diversity itulah yang disinggung Obama saat memberi kuliah tamu di UI. Berbeda beda tetapi satu jua, itu yang diajarkan di Sekolah dulu. Negeri ini terdiri dari banyak suku bangsa. Beruntung aku tidak hanya tahu Jawa Timur yang merupakan tempat kelahiranku tetapi juga Kalimantan Timur.
Di Jawa Timur, ada dua etnis besar, Jawa dan Madura. Bahasa mereka berbeda, namun dalam istilah tertentu ada persamaan. Nah, inilah yang aku sebut sebagai Bhineka Tunggal Ika, berbeda dalam beberapa istilah namun kemudian dibeberapa istilah sama.
Di Kalimantan Timur, aku lebih beruntung. Kenapa aku katakan demikian? Sebab aku lebih banyak melihat keberagaman suku bangsa disini. Di Bontang-Kalimantan Timur, dominasi Pendatang lebih banyak daripada penduduk asli-nya. Nuansa keberagaman pun juga terasa. Ada Jawa, Bugis (ini-itu, soalnya banyak macamnya), Madura, Banjar, Kutai, Dayak, Paser, Batak, Timor, Tana Toraja, Manado, Minang, banyak deh. Lha, dari situ aku tahu sedikit banyak yang dikatakan orang dari masing-masing suku tersebut. Kebanyakan ada persamaan istilah (bahasa) dari suku satu sama lain. Contoh kecil di keluarga-ku, aku wong Jowo, istriku Orang Bugis-Pattinjo. Mempelajari bahasa istri-ku tidak terlalu sulit karena ada beberapa yang sama, contoh: untuk bilang berapa orang jawa bilang "Piro", Istriku (bugis pattinjo) bilang "Pira", namun bugis makassar akan bilang "seaga". Orang bugis Makassar dengan bugis Pattinjo berbeda bahasa, biasanya orang Pattinjo bisa bahasa Makassar tapi orang Makassar tidak tahu bahasa Pattinjo. Namun dari perbedaan itu, ada juga yang sama dalam beberapa istilah. Seperti manuk untuk ayam. Namun, Di Jawa manuk bukan ayam, manuk adalah burung, ayam dalam bahasa jawa adalah pitik.
Dari contoh kecil ini, kadang-kadang aku berfikir, sebenarnya Masyarakat Indonesia ini terdiri dari satu nenek moyang buktinya ada persamaan bahasa sedikit, satu sama lain. Memang ada kemungkinan bahwa persamaan dari hasil akulturasi namun kita percaya bahwa Adam adalah manusia pertama, sumber Nenek moyang manusia. Jadi, Bhineka Tunggal Ika dalam konteks universal bisa jadi Berbeda-beda tetapi tetep satu jua Nenek moyangnya.
Di Jawa Timur, ada dua etnis besar, Jawa dan Madura. Bahasa mereka berbeda, namun dalam istilah tertentu ada persamaan. Nah, inilah yang aku sebut sebagai Bhineka Tunggal Ika, berbeda dalam beberapa istilah namun kemudian dibeberapa istilah sama.
Di Kalimantan Timur, aku lebih beruntung. Kenapa aku katakan demikian? Sebab aku lebih banyak melihat keberagaman suku bangsa disini. Di Bontang-Kalimantan Timur, dominasi Pendatang lebih banyak daripada penduduk asli-nya. Nuansa keberagaman pun juga terasa. Ada Jawa, Bugis (ini-itu, soalnya banyak macamnya), Madura, Banjar, Kutai, Dayak, Paser, Batak, Timor, Tana Toraja, Manado, Minang, banyak deh. Lha, dari situ aku tahu sedikit banyak yang dikatakan orang dari masing-masing suku tersebut. Kebanyakan ada persamaan istilah (bahasa) dari suku satu sama lain. Contoh kecil di keluarga-ku, aku wong Jowo, istriku Orang Bugis-Pattinjo. Mempelajari bahasa istri-ku tidak terlalu sulit karena ada beberapa yang sama, contoh: untuk bilang berapa orang jawa bilang "Piro", Istriku (bugis pattinjo) bilang "Pira", namun bugis makassar akan bilang "seaga". Orang bugis Makassar dengan bugis Pattinjo berbeda bahasa, biasanya orang Pattinjo bisa bahasa Makassar tapi orang Makassar tidak tahu bahasa Pattinjo. Namun dari perbedaan itu, ada juga yang sama dalam beberapa istilah. Seperti manuk untuk ayam. Namun, Di Jawa manuk bukan ayam, manuk adalah burung, ayam dalam bahasa jawa adalah pitik.
Dari contoh kecil ini, kadang-kadang aku berfikir, sebenarnya Masyarakat Indonesia ini terdiri dari satu nenek moyang buktinya ada persamaan bahasa sedikit, satu sama lain. Memang ada kemungkinan bahwa persamaan dari hasil akulturasi namun kita percaya bahwa Adam adalah manusia pertama, sumber Nenek moyang manusia. Jadi, Bhineka Tunggal Ika dalam konteks universal bisa jadi Berbeda-beda tetapi tetep satu jua Nenek moyangnya.
Komentar
Posting Komentar