Lama nggak cas cis cus in english rasanya kaku, terbata-bata kalau ngomong. Padahal dulu nayamul (lumayan-bahasa malangan). Sekarang banyak ragu dengan tata bahasa atau ejaan dari tulisan.
Aku dulu lemah dalam Bahasa Inggris, mungkin karena bawaan dari SMP. Maklum, dulu waktu SMP ada pengalaman buruk dengan Guru Bahasa Inggris, galak sih enggak tapi kaku. Masuk STM dapat Guru lebih parah, Guru-ku cerewetnya minta ampun, belum lagi kalau menghina orang parah abis. Sampai-sampai aku kasihan ada teman yang namanya Jamin (anaknya penampilannya cupu) jadi bahan olok-olokannya. Maaf ya min (jamin), nama-mu ku sebut.
Kuliah dapat Dosen yang lumayan enak, cuman dia sering pakai Bahasa Inggris soalnya beliau pasti nganggap sudah dapat banyak dasar Bahasa Inggris di SMP dan SLTA, padahal aku 'nol puthol'. Aku ingat betul kata-katanya, "always use oxford dictionary". Maklum, beliau ingin standart cara pengejaannya sama dengan cara pengucapannya sesuai yang dia inginkan pake cara asal muasalnya Bahasa Inggris (british). Karena banyak ngomong pake Bahasa Inggris di kelas dan terhitung cuman beberapa teman saja yang mengerti (baca: Bahasa Inggris-nya lumayan) maka kubulatkan tekat untuk kursus Bahasa Inggris biar nggak malu-maluin dan 'ndlongop' melulu di kelas.
Akhirnya aku coba ngikut kursus di YPIA (Yayasan Persahabatan Indonesia Amerika) Cabang Malang, dengan tujuan ikut kelas Conversation biar cepat bisa ngomong dalam bahasa Inggris. Habis daftar dan bayar administrasi (waktu itu) aku tenang karena bisa langsung kursus, tapi ternyata aku dapat pemberitahuan kalau ada test masuk dulu sebelum kursus buat ngetes nanti masuk di level mana. Alamak... Nggak semudah yang aku kira (waktu itu), setelah test aku diberitahu kalau aku harus masuk kelas Preparation Program, yaitu kelas persiapan untuk masuk kelas Conversation atau kelas Biasa. Wah..wah, parah benar memang bahasa inggris-ku. Namun, aku nggak mau mundur. Aku ikuti semuanya, dari Preparation program ke level 1 conversation, terus ke level 2 sampai level akhir yaitu level 8. Semua ku capai dengan nilai yang lumayan-lah. Setiap program ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 bulan. Jadi ya kira-kira 1 Tahun lebih beberapa bulan aku menyelesaikan kursus Bahasa Inggris-ku. Yang agak susah waktu itu adalah level 7 dan level 8 dimana ada 2 kali harus bikin paper dalam bahasa inggris untuk kemudian di presentasikan dan dibantai sama teman-teman dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis.
Selepas kursus, aku ketemu dengan teman yang mengajakku ikut klub Bahasa Inggris. Dia adalah Guru les Bahasa Inggris keliling. Setiap ketemu dengan teman-teman yang satu klub harus pakai Bahasa Inggris. "Exercise and exercise", itu yang sering dia ucapkan. Setiap ketemu, Mr. Abdullah (begitu aku memanggilnya) selalu menggunakan bahasa inggris. Mau nggak mau aku pun juga pake bahasa inggris, dan akhirnya makin lancar. Alhamdulillah, nonton film hollywood tanpa text pun bisa paham sepaham nonton sinetron. Cuman, latihan dengan orang yang terbatas (bukan native speaker) bisa jadi kendala tersendiri dalam beberapa kejadian, contohnya Waktu aku test di Sebuah Perusahaan Minyak Asing yang diadakan di Surabaya, waktu itu ada 4 Pewawancaranya, 2 dari Indonesia, 1 dari Amerika (liat aksen-nya) dan yang terakhir dari Perancis. Semua aku jawab pertanyaannya lancar kecuali yang buat Bule Perancis, beberapa kali aku mati kutu dan harus bilang "sorry" untuk minta diulang lagi pertanyaannya. Aksen Bule Perancis ini "medok" betul sehingga terasa betul mendengung-nya disetiap kata-katanya. Maklum aslinya "wong prancis" khan memang mendengung aksen bahasanya. Itu menjadi bagian yang menjatuhkan-ku.
Sekarang, disini agak susah cari "sparing partner" buat exercise alias latihan conversation. Mungkin dengan baca-baca artikel Bahasa Inggris bisa sedikit membantu. Dan yang penting terus exercise.
Aku dulu lemah dalam Bahasa Inggris, mungkin karena bawaan dari SMP. Maklum, dulu waktu SMP ada pengalaman buruk dengan Guru Bahasa Inggris, galak sih enggak tapi kaku. Masuk STM dapat Guru lebih parah, Guru-ku cerewetnya minta ampun, belum lagi kalau menghina orang parah abis. Sampai-sampai aku kasihan ada teman yang namanya Jamin (anaknya penampilannya cupu) jadi bahan olok-olokannya. Maaf ya min (jamin), nama-mu ku sebut.
Kuliah dapat Dosen yang lumayan enak, cuman dia sering pakai Bahasa Inggris soalnya beliau pasti nganggap sudah dapat banyak dasar Bahasa Inggris di SMP dan SLTA, padahal aku 'nol puthol'. Aku ingat betul kata-katanya, "always use oxford dictionary". Maklum, beliau ingin standart cara pengejaannya sama dengan cara pengucapannya sesuai yang dia inginkan pake cara asal muasalnya Bahasa Inggris (british). Karena banyak ngomong pake Bahasa Inggris di kelas dan terhitung cuman beberapa teman saja yang mengerti (baca: Bahasa Inggris-nya lumayan) maka kubulatkan tekat untuk kursus Bahasa Inggris biar nggak malu-maluin dan 'ndlongop' melulu di kelas.
Akhirnya aku coba ngikut kursus di YPIA (Yayasan Persahabatan Indonesia Amerika) Cabang Malang, dengan tujuan ikut kelas Conversation biar cepat bisa ngomong dalam bahasa Inggris. Habis daftar dan bayar administrasi (waktu itu) aku tenang karena bisa langsung kursus, tapi ternyata aku dapat pemberitahuan kalau ada test masuk dulu sebelum kursus buat ngetes nanti masuk di level mana. Alamak... Nggak semudah yang aku kira (waktu itu), setelah test aku diberitahu kalau aku harus masuk kelas Preparation Program, yaitu kelas persiapan untuk masuk kelas Conversation atau kelas Biasa. Wah..wah, parah benar memang bahasa inggris-ku. Namun, aku nggak mau mundur. Aku ikuti semuanya, dari Preparation program ke level 1 conversation, terus ke level 2 sampai level akhir yaitu level 8. Semua ku capai dengan nilai yang lumayan-lah. Setiap program ditempuh dengan waktu kurang lebih 1,5 bulan. Jadi ya kira-kira 1 Tahun lebih beberapa bulan aku menyelesaikan kursus Bahasa Inggris-ku. Yang agak susah waktu itu adalah level 7 dan level 8 dimana ada 2 kali harus bikin paper dalam bahasa inggris untuk kemudian di presentasikan dan dibantai sama teman-teman dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis.
Selepas kursus, aku ketemu dengan teman yang mengajakku ikut klub Bahasa Inggris. Dia adalah Guru les Bahasa Inggris keliling. Setiap ketemu dengan teman-teman yang satu klub harus pakai Bahasa Inggris. "Exercise and exercise", itu yang sering dia ucapkan. Setiap ketemu, Mr. Abdullah (begitu aku memanggilnya) selalu menggunakan bahasa inggris. Mau nggak mau aku pun juga pake bahasa inggris, dan akhirnya makin lancar. Alhamdulillah, nonton film hollywood tanpa text pun bisa paham sepaham nonton sinetron. Cuman, latihan dengan orang yang terbatas (bukan native speaker) bisa jadi kendala tersendiri dalam beberapa kejadian, contohnya Waktu aku test di Sebuah Perusahaan Minyak Asing yang diadakan di Surabaya, waktu itu ada 4 Pewawancaranya, 2 dari Indonesia, 1 dari Amerika (liat aksen-nya) dan yang terakhir dari Perancis. Semua aku jawab pertanyaannya lancar kecuali yang buat Bule Perancis, beberapa kali aku mati kutu dan harus bilang "sorry" untuk minta diulang lagi pertanyaannya. Aksen Bule Perancis ini "medok" betul sehingga terasa betul mendengung-nya disetiap kata-katanya. Maklum aslinya "wong prancis" khan memang mendengung aksen bahasanya. Itu menjadi bagian yang menjatuhkan-ku.
Sekarang, disini agak susah cari "sparing partner" buat exercise alias latihan conversation. Mungkin dengan baca-baca artikel Bahasa Inggris bisa sedikit membantu. Dan yang penting terus exercise.
Komentar
Posting Komentar