Mirip pisau, kalau nggak diasah tentunya akan tumpul. Begitu juga otak Manusia.
Setelah Otak ini jarang istirahat 'mikir' saat kerja di Kontraktor Pertambangan, sekarang lebih banyak istirahat atau istilah ndeso-nya jarang mikir. Bukan berarti ini mengabaikan rutinitas-ku yang sekarang, soal mikir 'Usaha Mandiri'-ku yang sekarang, insting dan kejelian Sang Istri lebih dominan. Estimasi Sang Nyonya lebih 'cespleng' alias tepat sasaran. Kalau Sang Nyonya yakin, keuntungan dua kali lipat bahkan lebih dari modal gampang banget didapet. Maklum, jiwa dagang-nya sudah diolah mulai dari Sekolah Dasar. Lha, aku? Terbiasa berfikiran systematis, analisis, dan pemikiran-pemikiran kaku yang lain agak susah berkembang. Sebagai contoh, ketika ada pisang raja ukuran besar dengan harga Rp. 6.000/sisir istri-ku berani ngambil, karena bisa dijual Rp. 13.000/sisir atau paling apes Rp. 10.000/sisir itupun jarang terjadi dan kalau terjadi biasanya 'harga teman'. Nah, ketika ada Pisang Raja lagi dalam ukuran yang 'agak besar' kalau menurutku yang biasa berfikir kaku harusnya bisa turun lagi, Rp. 5.000 sd Rp. 5.500/sisir-lah. Logikanya khan kayak gitu. Eh, ini yang mau jual pisang agak 'bandel' dan tetep minta Rp. 6.000 dan Istriku membelinya. Alasanya adalah biar 'jualannya rame' semakin banyak macem jualan semakin rame pembeli, Itu kata istriku. Hasilnya, memang itulah kenyataannya. Pisang yang 'agak besar' tadipun masih bisa dijual Rp. 13.000/sisir untuk yang bagian atas dan rata-rata Rp. 12.000/sisir untuk yang bagian bawahnya.
Atas dasar itu, aku makin mengerti ada hal-hal lain yang memang un-measurable, tidak systematis, dan lain-lain. Karena hal-hal yang kayak gitu, aku jadi lebih sering 'mengistirahatkan otak', akibatnya ketajaman otak ini aku rasakan menurun dari standart semula, memang tidak ada skala pasti penurunannya. Namun yang jelas, otak ini harus diajak mikir. Tidak salah memang kalau aku waktu pulang ke Malang kemarin membawa buku kuliah yang memang agak berat diotak. Otak memang harus di asah biar tajam setajam silet. Biar konsentrasi bisa fokus seperti laser. Kadang-kadang memang timbul kerinduan untuk 'mikir lebih dan lebih' seperti dulu. Rindu akan teman-teman diTambang. Namun, belum tahu apa jalan kedepan nanti. Yang pasti bukan lagi masalah duit wal kantong, tapi masalah Otak.
Setelah Otak ini jarang istirahat 'mikir' saat kerja di Kontraktor Pertambangan, sekarang lebih banyak istirahat atau istilah ndeso-nya jarang mikir. Bukan berarti ini mengabaikan rutinitas-ku yang sekarang, soal mikir 'Usaha Mandiri'-ku yang sekarang, insting dan kejelian Sang Istri lebih dominan. Estimasi Sang Nyonya lebih 'cespleng' alias tepat sasaran. Kalau Sang Nyonya yakin, keuntungan dua kali lipat bahkan lebih dari modal gampang banget didapet. Maklum, jiwa dagang-nya sudah diolah mulai dari Sekolah Dasar. Lha, aku? Terbiasa berfikiran systematis, analisis, dan pemikiran-pemikiran kaku yang lain agak susah berkembang. Sebagai contoh, ketika ada pisang raja ukuran besar dengan harga Rp. 6.000/sisir istri-ku berani ngambil, karena bisa dijual Rp. 13.000/sisir atau paling apes Rp. 10.000/sisir itupun jarang terjadi dan kalau terjadi biasanya 'harga teman'. Nah, ketika ada Pisang Raja lagi dalam ukuran yang 'agak besar' kalau menurutku yang biasa berfikir kaku harusnya bisa turun lagi, Rp. 5.000 sd Rp. 5.500/sisir-lah. Logikanya khan kayak gitu. Eh, ini yang mau jual pisang agak 'bandel' dan tetep minta Rp. 6.000 dan Istriku membelinya. Alasanya adalah biar 'jualannya rame' semakin banyak macem jualan semakin rame pembeli, Itu kata istriku. Hasilnya, memang itulah kenyataannya. Pisang yang 'agak besar' tadipun masih bisa dijual Rp. 13.000/sisir untuk yang bagian atas dan rata-rata Rp. 12.000/sisir untuk yang bagian bawahnya.
Atas dasar itu, aku makin mengerti ada hal-hal lain yang memang un-measurable, tidak systematis, dan lain-lain. Karena hal-hal yang kayak gitu, aku jadi lebih sering 'mengistirahatkan otak', akibatnya ketajaman otak ini aku rasakan menurun dari standart semula, memang tidak ada skala pasti penurunannya. Namun yang jelas, otak ini harus diajak mikir. Tidak salah memang kalau aku waktu pulang ke Malang kemarin membawa buku kuliah yang memang agak berat diotak. Otak memang harus di asah biar tajam setajam silet. Biar konsentrasi bisa fokus seperti laser. Kadang-kadang memang timbul kerinduan untuk 'mikir lebih dan lebih' seperti dulu. Rindu akan teman-teman diTambang. Namun, belum tahu apa jalan kedepan nanti. Yang pasti bukan lagi masalah duit wal kantong, tapi masalah Otak.
Komentar
Posting Komentar