Ada saudara yang minta tolong diajarin nulis, kebetulan ada persyaratan nulis essay di Perusahaan yang dia bidik untuk dilamar.
Wah, kalau aku sih mulai meninggalkan gaya tulis menulis baku. Cuman bisa sumbang saran buat konsep dulu tentang apa yang mau ditulis. Jadi, kesimpulannya apa dong? Kalau itu aku nggak tahu. Berdasarkan pengalaman-ku yang seluas tempurung kelapa, gaya nulis, tata cara nulis, konsep orang nulis itu berbeda satu sama lain. Ada yang melihat sesuatu langsung nulis, ada yang merencanakan nulis dan langsung nulis, ada yang abis buang hajat terus nulis juga ada. Ritual penulis beda-beda, namun aku belum pernah tahu ada penulis yang bakar kemenyan dulu, terus nulis. Kalau aku pokoknya lagi pengen nulis ya nulis, dan kalau nggak pengen nulis ya nggak nulis. Ada inspirasi datang buat ditulis kalau lagi nggak mood ya nggak nulis. Seperti sekarang, aku lagi pengen nulis ya nulis meski sambil gendong athira di parkiran pasar ya nulis. Toh nggak habisin waktu 15 menit buat nulis, yang penting ada Handphone tinggal posting ke website-ku khan udah beres. Mau dibaca atau nggak bukan urusanku. Tulis menulis itu tidak ada rukun atau syariatnya seperti sholat, adanya pelajaran tata cara menulis dipelajaran Bahasa Indonesia itu cuman pendekatan saja yang bisa cara seperti itu ada juga yang tidak. Tata cara penulisan yang seperti itu menurutku malah seperti aturan yang mengekang dan menggerogoti kreatifitas. Namun, aku heran kenapa yang seperti itu disukai sama Dosen-Dosen-ku dulu? Hasilnya pun juga jelas. Tulisannya menjemukan, bahkan textbook yang tebal-tebal yang jadi acuan Mahasiswa seperti-ku dulu sangat membosankan dan lebih menyenangkan membaca Novel. Yang mungkin nggak merasa bosan mungkin Satgas Kutubuku diangkatan-ku. Maaf sobat kalau aku nyinggung kayak gitu. Hanya usul saja, mungkin dengan gaya nulis yang menarik, karya ilmiah pun jadi banyak yang baca. Otomatis, bisa dibayangkan berapa orang yang jadi pintar gara-gara suka baca.
Kesimpulannya, kalau pengen bisa nulis ya sering sering nulis. Tidak ada aturan baku, yang penting nulis dan nulis. Awalnya nulis sedikit di status media sosial, agak banyak nulis di blog, banyak baru bikin novel atau textbook begitu step by step. Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit
Wah, kalau aku sih mulai meninggalkan gaya tulis menulis baku. Cuman bisa sumbang saran buat konsep dulu tentang apa yang mau ditulis. Jadi, kesimpulannya apa dong? Kalau itu aku nggak tahu. Berdasarkan pengalaman-ku yang seluas tempurung kelapa, gaya nulis, tata cara nulis, konsep orang nulis itu berbeda satu sama lain. Ada yang melihat sesuatu langsung nulis, ada yang merencanakan nulis dan langsung nulis, ada yang abis buang hajat terus nulis juga ada. Ritual penulis beda-beda, namun aku belum pernah tahu ada penulis yang bakar kemenyan dulu, terus nulis. Kalau aku pokoknya lagi pengen nulis ya nulis, dan kalau nggak pengen nulis ya nggak nulis. Ada inspirasi datang buat ditulis kalau lagi nggak mood ya nggak nulis. Seperti sekarang, aku lagi pengen nulis ya nulis meski sambil gendong athira di parkiran pasar ya nulis. Toh nggak habisin waktu 15 menit buat nulis, yang penting ada Handphone tinggal posting ke website-ku khan udah beres. Mau dibaca atau nggak bukan urusanku. Tulis menulis itu tidak ada rukun atau syariatnya seperti sholat, adanya pelajaran tata cara menulis dipelajaran Bahasa Indonesia itu cuman pendekatan saja yang bisa cara seperti itu ada juga yang tidak. Tata cara penulisan yang seperti itu menurutku malah seperti aturan yang mengekang dan menggerogoti kreatifitas. Namun, aku heran kenapa yang seperti itu disukai sama Dosen-Dosen-ku dulu? Hasilnya pun juga jelas. Tulisannya menjemukan, bahkan textbook yang tebal-tebal yang jadi acuan Mahasiswa seperti-ku dulu sangat membosankan dan lebih menyenangkan membaca Novel. Yang mungkin nggak merasa bosan mungkin Satgas Kutubuku diangkatan-ku. Maaf sobat kalau aku nyinggung kayak gitu. Hanya usul saja, mungkin dengan gaya nulis yang menarik, karya ilmiah pun jadi banyak yang baca. Otomatis, bisa dibayangkan berapa orang yang jadi pintar gara-gara suka baca.
Kesimpulannya, kalau pengen bisa nulis ya sering sering nulis. Tidak ada aturan baku, yang penting nulis dan nulis. Awalnya nulis sedikit di status media sosial, agak banyak nulis di blog, banyak baru bikin novel atau textbook begitu step by step. Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit
Komentar
Posting Komentar