Kepanasan lagi, dan lagi demi mengurusi
listrik. Mungkin baru ini yang didapat hari ini. Besok ya pasti berjuang lagi.
Saya tinggal RT 08 Desa Sukarahmat, Kecamatan
Telukpandan, Kabupaten Kutai Timur. Ya namanya juga daerah perbatasan, sebelah
timur jalan masuk wilayah Bontang, lha kami disebelah barat jalan masuk wilayah
Kabupaten Kutai Timur. Perkampungan kami sekitar 700 meter dari Jaringan
Listrik PLN. Praktis kalau ingin pasang listrik baru, PLN harus menarik kabel ke lagi ke perkampungan
kami sejauh 700 meter tadi. Penduduk yang ada di perkampungan kami kurang lebih
ada 50-an rumah yang terdiri 33 Rumah warga dan 20-an Rumah yang ada di
Kompleks Pesantren Hidayatullah. Jumlah yang tidak sedikit bukan. Belum lagi
posisi perkampungan kami yang dekat kami ada pipa gas yang dipakai PLN untuk
“menyalakan” PLTMG-nya. Itulah yang membuat hampir semua warga disini terlecut
untuk berjuang mendapatkan listrik dari PLN. Berjuang dan berjuang.
Sebelumnya, kurang lebih Bulan Maret 2011
warga telah memasukkan surat ke PLN Bontang. Setelah sekian lama, belum ada
respon dari PLN. Pernah juga perwakilan dari kami menanyakan ke PLN dan
mendapatkan jawaban bahwa nanti akan dikerjakan secara bertahap.
Beberapa hari yang lalu, warga dari kami
mendapatkan informasi bahwa di Km 7 Bontang-Samarinda (Jl. Syukur abadi) yang
masih masuk RT 05 Desa Sukarahmat, Kecamatan Telukpandan, Kutai Timur atau
boleh disingkat tetangga RT dengan kami telah mendapatkan “pencerahan”,
maksudnya tiang listriknya telah datang, pre-instalasi rumahnya juga telah
dipasang. Perkampungan tersebut berjarak kurang lebih 700 meter dari jaringan
listrik, mirip seperti kampung saya. Mereka mengajukan pada pertengahan puasa,
dan jarak beberapa minggu saja atau setelah lebaran langsung mendapat respon.
Mereka mendaftar bersama-sama, berduyun-duyun satu kampung, ke-12 warganya (karena
Jumlah rumahnya dikampung tsb 12 rumah) bersama-sama mendaftar ke PLN Bontang.
Mereka Total dikenakan biaya Rp. 4 Jutaan, yang biasanya biaya daftar itu
sekitar Rp. 675 ribu buat PLN untuk daya 900-an Watt dan sisanya Ini yang biaya
kontraktornya. Cepat banget pelayanan PLN membuat warga kampung didaerah kami
jadi “iri”. Iri dalam arti positif khan tidak apa-apa.
Atas dasar itu, kemarin (Tanggal 4 September
2012) warga kami (termasuk saya) berduyun-duyun datang ke PLN untuk mendaftar.
Tidak 50-an orang, tapi hanya sekitar 20-an orang yang sekitar Jam 3 siang
datang beramai-ramai kesana. Ini yang menarik perhatian security PLN dan
mengira ada demo, sampai-sampai security-nya bingung. Setelah mengobrol, baru
dia “ngeh” kalau tahu mau daftar bareng-bareng sebagaimana “terinspirasi” RT
05. Sang security kemudian menjelaskan kalau jam tersebut bersamaan dengan
telah tutupnya pelayanan pendaftaran, maka disarankan untuk datang lagi besok
pagi. Untungnya jumlah kami yang beberapa orang menarik perhatian Pak Anton
(tahu waktu berkenalan) seorang staff di PLN dan menjelaskan kalau lebih baik
diwakilkan saja pada satu atau dua orang saja untuk mengurus secara kolektif
dan mengajukan permohonan secara tertulis sekaligus menemui pimpinan PLN
Bontang. Mungkin nanti ada kebijakan seperti apa khan bisa didiskusikan
sama-sama, itu yang dikatakannya.
Hari ini (Tanggal 5 September 2012), kami
melangkah ke PLN dengan gambaran yang “cerah”. Namun, dari sana gambaran yang
ada dikepala jauh dari kenyataan. Waktu ke security dan bilang mau ketemu
dengan Pimpinan PLN Bontang, dibilang “wah, Beliau tidak ada ditempat pak”
padahal, Pak anton kemarin bilang untuk besok pimpinan ada. Security-nya
terkesan protektif banget.Oleh sang security dibilang, “lebih baik mas daftar
di Pelayan yang ada didepan”. Setelah sekian antri akhirnya dapat giliran. Saya
bertanya langsung ke mbak-nya, “Mbak saya ingin daftar secara kolektif untuk
pemasangan baru, Dimana ya? Siapa yang harus saya temui?”
sang mbak menjawab, “disini pak”.
Tanyaku
lagi, “Ditempat saya khan belum ada jaringan PLN, pengen mengajukan untuk
diadakan jaringan ketempat saya, Cuman 700-an meter kok”
Sang mbak menjawab, “Wah, untuk jaringan baru
kami belum bisa layani pak”
Tanyaku lagi, “Kalau begitu siapa yang harus
saya temui?”
“Bisa ke Ibu Herdiana bagian pelayanan, bapak
langsung kesana saja minta diantar sama security untuk kedalam sebelum waktu
istirahat dan mumpung orangnya ada”, Jawabnya.
Saya pun bergegas ke security, dan minta tolong untuk diantar ke Ibu Herdiana.
Namun sang security malah menjawab “ Yang namanya Ibu Herdiana disini tidak
ada”, sambungnya “Kalau oleh tau apa keperluannya? Mungkin saya bisa bantu”.
Padahal baru aja dibilang ada. Meski sedikit jengkel saya tetap menjelaskan.
Saya jelaskan lagi ngalor-ngidul, baru sang
security-nya bertanya lagi, “ adakah surat pengajuannya dulu?”
Aku jawab, “ada, Sekitar Bulan ini-itu” eh,
malah sang security menelphon orang yang didalam dan menanyakan apakah suratnya
ada apa tidak. Tentu saja yang ditelphon menjawab harus liat dulu. Dengan
santainya sang security menjawab, “Coba bapak bawa arsipnya”.
twitter.comtwitter.comLangsung aku tinggalkan security tersebut,
dengan jengkel aku mikir apa hubungannya security dengan surat menyurat?
Kesannya Security-nya over-protective betul.
Apa perlu Satu kampung yang terdiri dari 50
Rumah datang semua? Kalau hampir semua keluar khan ada sekitar hampir 200-an
orang yang bisa bersama-sama datang ke PLN Bontang. Kalau segitu khan bisa
diperhatikan oleh pimpinan PLN Bontang dan mempersilahkan untuk mengobrol.
Namun, saya kira tidak perlu segitunya. Saya coba dulu nulis ini, mudah-mudahan
Pimpinan PLN Bontang baca, Pimpinan PLN Kaltim baca, Pimpinan PLN Pusat bisa
Baca, dan Mudah-mudahan juga Mantan CEO PLN yang sekarang jadi Menteri BUMN
juga baca. Masak cuman saya yang tiap kali baca tulisannya, padahal dari SD
saya suka tulisannya di Jawapos, sekarang sih lebih suka baca tulisannya yang
dimuat di wordpress.com. Maklum, Jawapos nyampe Bontang Sore pak. Mudah-mudahan
dengan adanya tulisan ini, ada yang bantu. Paling tidak ngobrol dulu lah.
Besok? Berjuang lagi lah! Mudah-mudahan cepat
dapat listrik. Panas-panasan tidak masalah.
Komentar
Posting Komentar