Listrik adalah kebutuhan dasar masyarakat modern. Problematika permasalahan listrik di Negara ini sangat klasik, mulai dari penyediaan pembangkit, distribusi, pencurian, dan lain-lain.
PLN sebagai perusahaan penyedia distribusi listrik di Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang positif. Adanya berbagai perbaikan dan trobosan-trobosan dalam pengelolaan kelistrikan nasional.
Saya tidak tahu, PLN termasuk beruntung atau memang kebetulan memiliki Dahlan Iskan sebagai masinis yang suka curhat di sebuah Koran Nasional dan Blog tentang tindakannya yang dilakukan untuk mengatasi carut-marut listrik Nasional. Dengan curhat-nya Masyarakat atau saya jadi tahu perkembangan PLN sebagai Perusahan penyedia jasa publik. Ini yang tidak dilakukan pimpinan sebelumnya, suka atau tidak kekuatan tulisan bisa mempengaruhi persepsi masyarakat. Terus terang juga, sebelum Sang Bos Jawa Pos ini sebelum masuk PLN, saya sudah suka membaca tulisannya.
Sebelum hijrah mencari rejeki di Kalimantan, sepengetahuan saya Pembangkit Listrik itu PLTA atau PLTU. Sebagian kecil adalah panas bumi. Maklum saja, di Malang banyak sekali bendungan-bendungan sebagai pembangkit listrik. Sewaktu terdampar di Bontang, baru tahu kalau kebanyakan listrik diluar Jawa menggunakan tenaga diesel. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam otak saya, karena orang bodoh seperti saya pasti bertanya-tanya:
- Apa nggak boros?
- Berapa biaya operasional yang harus dikeluarkan?
- Jika seperti ini, berapa harga per KWH yang harus dijual ke konsumen?
- Jika tarifnya telah ditentukan Pemerintah, berapa uang yang digunakan untuk menalangi-nya?
- Apa bisa dikatakan sebagai Perusahaan yang sehat jika seperti ini?
Dari curhat-an Dahlan Iskan jika para pegawai PLN adalah orang-orang yang cukup pintar yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi ternama nampaknya bisa dikatakan sebagai potensi, namun potensi ini jangan sampai tertidur karena tidak akan ada artinya.
PLN belum bisa lepas dari politisasi ini yang menghambat kemajuan PLN, terlalu birokratis disana-sini. Para punggawa dipaksa untuk menghadirkan listrik yang tidak efisien bagi konsumennya. Paksaan yang seperti ini membuat Jajaran PLN menghadirkan listrik walaupun dengan harga mahal di Kalimantan, Papua, dan daerah-daerah lainnya. Jiwa sosial yang lebih tinggi demi konsumen daripada hitung-hitungan rugi laba.
Pada era yang sekarang nampaknya harus dirubah, intervensi Pemerintah harusnya dikurangi demi kemajuan PLN. Pegawai PLN pun harus mulai siap akan perubahan. Saya yakin dengan Komando Dahlan Iskan, PLN akan memiliki wajah baru dengan berorientasi pada profit. Kalimantan kaya akan Batubara dan Gas, mengapa pakai diesel. Papua dengan potensi pegunungan tingginya pasti banyak sungai disana yang bisa dibendung.
Semoga dalam waktu dekat, PLN bisa cepat maju sehingga bisa menjadi kebanggaan Bangsa ini, Jayalah PLN.
PLN sebagai perusahaan penyedia distribusi listrik di Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang positif. Adanya berbagai perbaikan dan trobosan-trobosan dalam pengelolaan kelistrikan nasional.
Saya tidak tahu, PLN termasuk beruntung atau memang kebetulan memiliki Dahlan Iskan sebagai masinis yang suka curhat di sebuah Koran Nasional dan Blog tentang tindakannya yang dilakukan untuk mengatasi carut-marut listrik Nasional. Dengan curhat-nya Masyarakat atau saya jadi tahu perkembangan PLN sebagai Perusahan penyedia jasa publik. Ini yang tidak dilakukan pimpinan sebelumnya, suka atau tidak kekuatan tulisan bisa mempengaruhi persepsi masyarakat. Terus terang juga, sebelum Sang Bos Jawa Pos ini sebelum masuk PLN, saya sudah suka membaca tulisannya.
Sebelum hijrah mencari rejeki di Kalimantan, sepengetahuan saya Pembangkit Listrik itu PLTA atau PLTU. Sebagian kecil adalah panas bumi. Maklum saja, di Malang banyak sekali bendungan-bendungan sebagai pembangkit listrik. Sewaktu terdampar di Bontang, baru tahu kalau kebanyakan listrik diluar Jawa menggunakan tenaga diesel. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam otak saya, karena orang bodoh seperti saya pasti bertanya-tanya:
- Apa nggak boros?
- Berapa biaya operasional yang harus dikeluarkan?
- Jika seperti ini, berapa harga per KWH yang harus dijual ke konsumen?
- Jika tarifnya telah ditentukan Pemerintah, berapa uang yang digunakan untuk menalangi-nya?
- Apa bisa dikatakan sebagai Perusahaan yang sehat jika seperti ini?
Dari curhat-an Dahlan Iskan jika para pegawai PLN adalah orang-orang yang cukup pintar yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi ternama nampaknya bisa dikatakan sebagai potensi, namun potensi ini jangan sampai tertidur karena tidak akan ada artinya.
PLN belum bisa lepas dari politisasi ini yang menghambat kemajuan PLN, terlalu birokratis disana-sini. Para punggawa dipaksa untuk menghadirkan listrik yang tidak efisien bagi konsumennya. Paksaan yang seperti ini membuat Jajaran PLN menghadirkan listrik walaupun dengan harga mahal di Kalimantan, Papua, dan daerah-daerah lainnya. Jiwa sosial yang lebih tinggi demi konsumen daripada hitung-hitungan rugi laba.
Pada era yang sekarang nampaknya harus dirubah, intervensi Pemerintah harusnya dikurangi demi kemajuan PLN. Pegawai PLN pun harus mulai siap akan perubahan. Saya yakin dengan Komando Dahlan Iskan, PLN akan memiliki wajah baru dengan berorientasi pada profit. Kalimantan kaya akan Batubara dan Gas, mengapa pakai diesel. Papua dengan potensi pegunungan tingginya pasti banyak sungai disana yang bisa dibendung.
Semoga dalam waktu dekat, PLN bisa cepat maju sehingga bisa menjadi kebanggaan Bangsa ini, Jayalah PLN.
Komentar
Posting Komentar