Hari ini (17/04/12), aku mengurus perpanjangan SIM A dan SIM C yang masa berlakunya habis hari ini juga. Aku berangkat pagi-pagi Jam 7.30 WITA dari Rumahku yang berada didaerah perbatasan Kota Bontang, namun masuk Kabupaten Kutai Timur yang merupakan salah satu Kabupaten terkaya di Indonesia jadi semua urusan harus ke Ibukota Kabupaten Kutai Timur, Sangatta. Karena pengen cepet mengejar waktu, mengingat jalur Bontang-Sangatta yang masih banyak lubang disana-sini kuputuskan nggak pakai mobil. Aku genjot si-Jupe eh si-Jupiter Z kenceng-kenceng. Meliuk-liuk diantara lubang-lubang yang menganga dijalanan. Ingin tarik gas lebih banyak lagi seperti aksi komeng di iklan motor, takut baju robek-robek saat sampe di Sangatta.
Setelah 1 Jam diatas jok motor, akhirnya sampe juga. Tau sendirilah birokrasi kuno ala Indonesia, tujuan pertama adalah pendaftaran dan info kemudian harus melapor ke bagian KAUR ... (lupa), mengingat SIM sebelumnya di keluarkan Polres Bontang dan dikenakan biaya Rp. 20.000, aku baru tahu prosedurnya kalau untuk SIM daerah lain harus lapor dulu, terbesit dalam fikiranku kalau SIM ini tidak online seluruh Indonesia entri datanya, karena harus lapor dulu, yang ada diotakku jika itu online, terdaftar dimanapun system secara otomatis akan mengenali data lama. Mudah-mudahan apa yang ada diotakku salah, jika belum mudah-mudahan cepet online biar Polisi lebih mutakhir dalam database-nya sehingga bisa mengantisipasi jika ada sesuatu secara dini. Selepas dari KAUR 'Lupa', kemudian dipersilahkan mengurus test kesehatan ringan berikut foto dengan background merah yang ditempeli golongan darah. Test ini dilakukan diluar kantor Polisi. Biaya untuk itu dikenakan biaya Rp. 50.000.
Selepas itu, kulangkahkan kaki ke kantor perwakilan BRI yang ada di Polres Kutim. Namun, apa yang terjadi diluar dugaanku. Si-mbak yang cantik bilang sesuatu yang membuatku merasa dia tidak cantik lagi, "maaf, untuk pendaftarannya telah tutup soalnya dibatasi" ya ampun beribu ampun deh mbak.
Saat aku kembali ke Pendaftaran, Bapak Polisi-nya bilang dengan ramah, "maaf Bapak, ini memang kami batasi karena terlalu banyak yang mengurus SIM-nya", lanjutnya "Kalau berkenan besok pagi, datang lebih pagi".
Tanyaku lagi, "tapi pak, SIM saya khan besok sudah tidak berlaku lagi pak?"
Jawabnya, "tidak apa-apa pak, terlambat 1-2 hari masih dalam toleransi kami karena ada kekurangan ditempat kami, asal tidak terlambat lebih dari 1 minggu". Lanjutnya, "yang penting bapak tidak mengendarai kendaraan besok, itu tidak masalah".
Pengurusan SIM di Kutim dibatasi setiap harinya dan ini sudah berlangsung sudah lama. Saat ada pengurusan SIM secara keliling, ini merupakan kemajuan bagi Polri. Namun, saat ada pembatasan pengurusan seperti ini, aku rasa adalah suatu kemunduran. Jika merasa kewalahan, hendaknya Polri menambah anggota buat SIM. Pengetatan proses sesuai standart yang ada adalah sesuatu yang lebih bijak dibanding pembatasan jumlah.
Pada akhirnya, apalah daya terpaksa aku bermalam di Sangatta, tidak tidur dengan Anak dan Istri untuk malam ini. Kecewa sih kecewa, cuman terbayar juga dengan keramahan pelayanan Bapak dan Ibu Polisi. Mudah-mudahan keramahan ini tetep dan dapat ditingkatkan dikemudian hari. Mudah-mudahan juga esok hari lancar-lancar aja ngurusnya. Mudah-mudahan.
Setelah 1 Jam diatas jok motor, akhirnya sampe juga. Tau sendirilah birokrasi kuno ala Indonesia, tujuan pertama adalah pendaftaran dan info kemudian harus melapor ke bagian KAUR ... (lupa), mengingat SIM sebelumnya di keluarkan Polres Bontang dan dikenakan biaya Rp. 20.000, aku baru tahu prosedurnya kalau untuk SIM daerah lain harus lapor dulu, terbesit dalam fikiranku kalau SIM ini tidak online seluruh Indonesia entri datanya, karena harus lapor dulu, yang ada diotakku jika itu online, terdaftar dimanapun system secara otomatis akan mengenali data lama. Mudah-mudahan apa yang ada diotakku salah, jika belum mudah-mudahan cepet online biar Polisi lebih mutakhir dalam database-nya sehingga bisa mengantisipasi jika ada sesuatu secara dini. Selepas dari KAUR 'Lupa', kemudian dipersilahkan mengurus test kesehatan ringan berikut foto dengan background merah yang ditempeli golongan darah. Test ini dilakukan diluar kantor Polisi. Biaya untuk itu dikenakan biaya Rp. 50.000.
Selepas itu, kulangkahkan kaki ke kantor perwakilan BRI yang ada di Polres Kutim. Namun, apa yang terjadi diluar dugaanku. Si-mbak yang cantik bilang sesuatu yang membuatku merasa dia tidak cantik lagi, "maaf, untuk pendaftarannya telah tutup soalnya dibatasi" ya ampun beribu ampun deh mbak.
Saat aku kembali ke Pendaftaran, Bapak Polisi-nya bilang dengan ramah, "maaf Bapak, ini memang kami batasi karena terlalu banyak yang mengurus SIM-nya", lanjutnya "Kalau berkenan besok pagi, datang lebih pagi".
Tanyaku lagi, "tapi pak, SIM saya khan besok sudah tidak berlaku lagi pak?"
Jawabnya, "tidak apa-apa pak, terlambat 1-2 hari masih dalam toleransi kami karena ada kekurangan ditempat kami, asal tidak terlambat lebih dari 1 minggu". Lanjutnya, "yang penting bapak tidak mengendarai kendaraan besok, itu tidak masalah".
Pengurusan SIM di Kutim dibatasi setiap harinya dan ini sudah berlangsung sudah lama. Saat ada pengurusan SIM secara keliling, ini merupakan kemajuan bagi Polri. Namun, saat ada pembatasan pengurusan seperti ini, aku rasa adalah suatu kemunduran. Jika merasa kewalahan, hendaknya Polri menambah anggota buat SIM. Pengetatan proses sesuai standart yang ada adalah sesuatu yang lebih bijak dibanding pembatasan jumlah.
Pada akhirnya, apalah daya terpaksa aku bermalam di Sangatta, tidak tidur dengan Anak dan Istri untuk malam ini. Kecewa sih kecewa, cuman terbayar juga dengan keramahan pelayanan Bapak dan Ibu Polisi. Mudah-mudahan keramahan ini tetep dan dapat ditingkatkan dikemudian hari. Mudah-mudahan juga esok hari lancar-lancar aja ngurusnya. Mudah-mudahan.
Komentar
Posting Komentar