Langsung ke konten utama

Postingan

Car Alarm System

Namanya hobby ya hobby, ya rasanya seneng ketika ngelakuin. Ini sama seperti yang saya rasain ketika umek-umek dibidang Otomotif. Salah satunya saat aku dapet mobil pick-up buat ngangkut barang usahaku. Kebetulan aku paling penasaran dengan yang namanya alarm mobil, penasaran bukan sekedar pengen punya system alarm yang seperti itu tapi penasaran dengan cara kerja, cara pasang, dan tentunya ada kepuasan sendiri buat di pamerin. Mobil pick-up yang beredar dijalanan Negara kita, sangat minim dengan fasilitas keamanan standart. Bukan cuman mobil pick-up yang bertitel murah seperti single cabin pick-up, yang bertitel mahal yang seharga 300 juta keatas aja masih minim fasilitas, padahal mobil-mobil itu dilengkapi system penggerak 4 roda (4WD). Sebut saja seperti Mitsubishi Strada, Mazda BT 50, Ford Ranger, Alarm system tidak disematkan dalam penjualan, yang aku tau hanya Toyota Hi-lux double cabin G series aja dan yang E series nggak disematkan system yang kayak gitu. Ohya, buat Nissan Fron

Ngantrinization

Orang Indonesia emang orang paling sabar in the world. Gimana nggak, ke Bank antri, ke Rumah sakit antri, sampe beli BBM juga ngantri. Nggak tau ya, emang dari budaya, keadaan, atau memang populasi penduduk Indonesia yang udah terlalu banyak sehingga nggak nampung sama fasilitas yang ada, trus kalo memang penyebabnya alasan yang terakhir, peran Pemerintah dimana ya? Alasan aku nulis ini soalnya, aku sekarang lagi ngantri BBM di Pom Bensin. Setelah sekian lama nggak ada istilah antri mengantri di Pom Bensin, sekarang ealah, ngantri lagi. Dua bulan yang lalu, wilayah Kalimantan Timur diguncang juga dengan masalah antri BBM. Parah banget pokoknya. Bayangin aja, waktu itu aku ngantri mulai jam 6.00 sore, baru dapat bensin jam 10.00 malem, padahal ngisi bensinnya aku nggak banyak-banyak amat, biasanya sih cuman Rp. 50.000 atau 11,11 liter bensin aja untuk 3-4 hari. Mau ditambahin, tangki mobilku cuman muat segitu aja. Setelah rame di protes orang, ngantrinya sudah nggak ada lagi. Sekarang n

Low level motivation...

Malam-malam lagi nganter mertua ke Rumah Sakit, sambil nunggu antrian obat, buka facebook trus nulis status... "Lagi butuh banyak motivasi.." komentar teman? Belum ada, nggak tau sih pada kemana, atau temen lagi pada barengan kehabisan pulsa. Dari kata-kata diatas, aku sebenernya lagi mikirin soal "My little Company". Berjuang sendiri, eh salah dengan dibantu Mertua terasa lebih berat dibanding berjuang bersama istri yang harus sementara harus "parkir dulu" untuk mengurus "my little angel". Bersama istri, berjuang lebih mudah. Mudah mengontrol, mengawasi, dan mengelola. Istilah "planet mars"-nya controlling, supervisi, managing, dan istilah-istilah lain yang ada dalam ilmu management. Aku ingat betul dengan apa yang di katakan Dahlan Iskan dalam sebuah acara di TV yang dipandu oleh Tantri Abeng, Tidak ada Perusahaan besar atau Perusahaan kecil, juga tidak ada Negara besar atau Negara Kecil, yang ada adalah Perusahan dengan good manageme

Modal Dengkul

Modal dengkul atau usaha tanpa modal, pertama saya ketahui contohnya sewaktu saya baca buku Robert Kiyosaki. Kelihatannya mudah diucapkan namun sulit diterapkan, ada beribu alasan yang menguatkan. Ah, dia khan sudah banyak koneksi. Atau dia khan memang bisa ini, bisa itu. Begitu banyak alasan, itulah yang ada dalam fikiran saya dulu. Lain dulu, lain sekarang. Ilmu Robert Kiyosaki ternyata gampang diterapkan. Tidak perlu pakai model usaha properti atau usaha usaha yang lain, yang berkaitan dengan "duit gedhe", karena dengkul tetaplah dengkul. Trik modal dengkul seperti ini sebenarnya bisa dilakukan dibanyak usaha. Saya pengen cerita sedikit dari hal yang kecil 'bin' sederhana yang mudah-mudahan dapat meng-insipirasi Anda untuk "berdengkul ria". Ilmu ini keluar dengan sendirinya saat saya terjangkit penyakit 'kepepetisme', ya yang namanya kepepet, kreatifitas akan muncul tiba-tiba. Begini ceritanya, setelah memilih mundur dari 'hiruk pikuk' Dun

Problem listrik

Listrik adalah kebutuhan dasar masyarakat modern. Problematika permasalahan listrik di Negara ini sangat klasik, mulai dari penyediaan pembangkit, distribusi, pencurian, dan lain-lain. PLN sebagai perusahaan penyedia distribusi listrik di Indonesia mulai menunjukkan kinerja yang positif. Adanya berbagai perbaikan dan trobosan-trobosan dalam pengelolaan kelistrikan nasional. Saya tidak tahu, PLN termasuk beruntung atau memang kebetulan memiliki Dahlan Iskan sebagai masinis yang suka curhat di sebuah Koran Nasional dan Blog tentang tindakannya yang dilakukan untuk mengatasi carut-marut listrik Nasional. Dengan curhat-nya Masyarakat atau saya jadi tahu perkembangan PLN sebagai Perusahan penyedia jasa publik. Ini yang tidak dilakukan pimpinan sebelumnya, suka atau tidak kekuatan tulisan bisa mempengaruhi persepsi masyarakat. Terus terang juga, sebelum Sang Bos Jawa Pos ini sebelum masuk PLN, saya sudah suka membaca tulisannya. Sebelum hijrah mencari rejeki di Kalimantan, sepengetahuan saya

Fokus pada Tujuan

Apa makna kata-kata diatas? Bagi saya ada kata-kata tersebut memiliki makna tersendiri. Beruntung bagi anda yang telah dapat menentukan tujuan atau target point dalam hidup ini. Tujuan yang anda tentukan bisa aja, saya harus kaya di umur sekian, saya harus meraih ini pada Tahun sekian, dan tujuan-tujuan yang lain. Masih banyak, masyarakat kita yang menentukan tujuan saja bingung. Target point mereka anggap sebagai beban, mereka menjalani hidup seperti air mengalir. Apakah mereka salah? Tentu jawabannya tidak. Because life is choice, mau kaya silahkan, mau miskin silahkan, mau baik silahkan, mau jahat silahkan, mau nyantri silahkan, bahkan mau kafir juga silahkan. Semua tergantung pilihan anda dan tentunya ada konsekuensi dari setiap pilihan. Balik lagi ke tujuan, saya ingin cerita satu hal, hasil omong-omong saya dengan Pak Asril, beliau ini adalah SHE (safety healt and enviroment) Officer Perusahaan tetangga Kantor saya, kebetulan khan lagi kumpul-kumpul bareng di Kantor saya. Ya seke

Modal minimal, hasil maksimal

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti sebuah Seminar Motivasi di Hotel Bintang Sintuk Kota Bontang. Ada satu hal yang menarik saya dari seminar tersebut yaitu tentang mendapatkan hal yang maksimal dengan modal yang minimal. Memang, sudah menjadi hal yang lumrah dan sudah tertanam di otak saya yang saya aplikasikan ditempat kerja ataupun kehidupan sehari-hari, bahwa untuk mendapatkan ikan yang besar diperlukan umpan yang besar pula. Jadi, jangan harap mendapatkan hasil maksimal tanpa kerja keras, atau dibalik hasil itu adalah cerminan proses. Itu yang baku di otak saya. Dari pelajaran Quality Improvement pun berlaku seperti itu, dalam evaluasi KPI (key perfomance indicator) pun berlaku seperti itu, kerja, atau tindakan, atau action menjadi perhatian serius selain waktu dan item-item lainnya. Meski, KPI modern menekankan perhatian pada proses. Namun, tetap saja inti kerja keras menjadi point utama. Pernah dalam satu waktu ada teman yang nyeletuk, "kita nggak perlu mas kerja keras.