Langsung ke konten utama

Postingan

Ketika kebanggaan itu bernama Anak

Sekarang (13/01/12), Athira sudah sembilan Bulan, tiga belas Hari. Ada kebanggaan tersendiri ketika Anak memiliki kemampuan lebih dibanding anak seumurannya. Dibanding teman sebaya-nya Athira lebih mudah menangkap bila diajari sesuatu. Tidak tahu kenapa, apakah karena Otaknya yang lebih pintar, atau ke-telatenan Papa dan Mama-nya mengajarkan sesuatu sehingga dia terbiasa menangkap pelajaran yang diberikan. Seperti yang dibilang Neela di film Fast and Fourius: Tokyo Drift, "quick learner" atau cepet belajar itulah Athira. Penilaian mungkin sangat relatif, soalnya tidak ada parameter terukur untuk menilainya. Faktor emosional juga mungkin sangat berperan. Tapi, apapun itu ada kebanggaan tersendiri ketika penilaian cuman didasarin atas perbandingan dengan anak tetangga, anak kenalan, dan anak-anak lain yang seumurannya atau bahkan lebih. Ketika diajari cium jauh, hanya butuh dua kali cara cium jauh dia sudah bisa. Ketika diajari naik motor mainannya, dia langsung merespon mulut

Mau nulis tinggal nulis...

Ada saudara yang minta tolong diajarin nulis, kebetulan ada persyaratan nulis essay di Perusahaan yang dia bidik untuk dilamar. Wah, kalau aku sih mulai meninggalkan gaya tulis menulis baku. Cuman bisa sumbang saran buat konsep dulu tentang apa yang mau ditulis. Jadi, kesimpulannya apa dong? Kalau itu aku nggak tahu. Berdasarkan pengalaman-ku yang seluas tempurung kelapa, gaya nulis, tata cara nulis, konsep orang nulis itu berbeda satu sama lain. Ada yang melihat sesuatu langsung nulis, ada yang merencanakan nulis dan langsung nulis, ada yang abis buang hajat terus nulis juga ada. Ritual penulis beda-beda, namun aku belum pernah tahu ada penulis yang bakar kemenyan dulu, terus nulis. Kalau aku pokoknya lagi pengen nulis ya nulis, dan kalau nggak pengen nulis ya nggak nulis. Ada inspirasi datang buat ditulis kalau lagi nggak mood ya nggak nulis. Seperti sekarang, aku lagi pengen nulis ya nulis meski sambil gendong athira di parkiran pasar ya nulis. Toh nggak habisin waktu 15 menit buat

Jangkrik!, Sejuta Sumpah Serapah buat Pengecer BBM

Sudah hampir seminggu mobilku aku isi dengan Bensin eceran. Pagi ini sebelum berangkat kerja mobil ini tak beliin bensin 2 liter, kemarin diisi 5 liter, kemarinnya lagi 2 liter, dan 2 liter lagi dihari sebelumnya. Meski begitu aku merasa beruntung banget karena mobilku ini sangat irit kalau dilihat dari jarak tempuhnya, walau kadang-kadang kepikiran kepingin ganti dengan yang mesin diesel yang lebih bertenaga dan irit kalau didalam Kota. Jangkrik, asem, dan berjuta sumpah serapah yang ada di muka bumi buat pengecer yang rakus. Ingat, yang rakus saja. Meski ada juga pengecer yang tidak terlalu rakus menumpuk BBM dengan alasan ini itu, atau mungkin hanya kurang modal. Membeli BBM untuk ditumpuk dan dijual kembali dengan harga yang lebih mahal adalah pelanggaran hukum. Sudah beberapa kali aku menulis soal ini, namun apa boleh buat kejadian demi kejadian kelangkaan BBM di Kota Bontang dan sekitarnya masih terjadi, kalaupun stok aman itu cuman berlaku untuk beberapa saat saja, seterusnya a

Asah Otak

Mirip pisau, kalau nggak diasah tentunya akan tumpul. Begitu juga otak Manusia. Setelah Otak ini jarang istirahat 'mikir' saat kerja di Kontraktor Pertambangan, sekarang lebih banyak istirahat atau istilah ndeso-nya jarang mikir. Bukan berarti ini mengabaikan rutinitas-ku yang sekarang, soal mikir 'Usaha Mandiri'-ku yang sekarang, insting dan kejelian Sang Istri lebih dominan. Estimasi Sang Nyonya lebih 'cespleng' alias tepat sasaran. Kalau Sang Nyonya yakin, keuntungan dua kali lipat bahkan lebih dari modal gampang banget didapet. Maklum, jiwa dagang-nya sudah diolah mulai dari Sekolah Dasar. Lha, aku? Terbiasa berfikiran systematis, analisis, dan pemikiran-pemikiran kaku yang lain agak susah berkembang. Sebagai contoh, ketika ada pisang raja ukuran besar dengan harga Rp. 6.000/sisir istri-ku berani ngambil, karena bisa dijual Rp. 13.000/sisir atau paling apes Rp. 10.000/sisir itupun jarang terjadi dan kalau terjadi biasanya 'harga teman'. Nah, ketika

Cet..cet.. Macet

Sudah hampir dua minggu berada di Malang, kampung halaman tercinta. Hampir satu Tahun baru balik kesini, banyak yang berubah. Banyak bangunan baru yang bermunculan, makin ramai-lah. Malang tetaplah Malang, cinta Malang tetap membara meski sekarang sudah tinggal dikampung orang. Satu Tahun yang lalu, aku mengendarai Mobil menjelang Maghrib dari Kepanjen ke Malang relatif enak, jalan ramai tapi masih bisa genjot 60 km/jam. Sekarang, lalu lintas makin ramai. Nyetir mobil harus ekstra hati-hati, Great Corolla 1.6 SE-G yang ku kendarai-pun harus merambat di 40 km/jam. Motor mendominasi jalanan. Kadang-kadang pengendara motor beratraksi belok dan potong kanan-kiri mirip tarian ikan lele. Ini baru Tahun ini, keadaan terasa betul merambatnya lalu lintas jalanan disekitar Kota Malang dan di dalam Kota Malang. Belum tahu keadaan beberapa Tahun mendatang. Memang beginilah keadaan Kota Besar, dan Malang pada track menuju kesana. Hendaknya pihak yang berwenang dapat menyikapi hal ini secepatnya

Nyanyi berjamaah makin marak

Aku bukan anti atau bukan mau menghambat kreatifitas orang, bukan sekali lagi bukan. Aku bukan orang yang seperti itu. Suka tidak suka adalah hal pribadi buat pendengar, begitu juga sama aku. Aku adalah pendengar yang berbeda madhzab. Dari jaman masih aku culun sampai aku keren sekarang, selera tetap nggak berubah. "Gue paling alergi sama boyband atau apalah itu!!!" Nggak tau, awal mula alergi itu dari mana. Cuman males aja nonton, apalagi dengerinnya. Sebenernya, cerita hal yang kayak gini aja juga males. Berhubung, sekarang aku lagi terganggu banget sama tayangan boyband di live musik televisi, ku beranikan diri buat nulis, itung-itung buat curhat atau malah syukur-syukur 'alergi' ini terobati. Sejak awal boyband lahir, Ketidaknyaman selalu aku rasakan tiap kali ada band-band itu. Aku merasa nyanyian berjamaah mereka kayak kampungan banget, kurang laki-laki (tapi aku nggak bilang mirip banci lho). Band adalah band, yang laki-laki donk. Joget yang lebay, huh! Bikin

Athira udah setengah Tahun Pa...

Pagi tadi (kemarin 1/10/2011), istri-ku mengingatkanku seperti itu. Setengah Tahun? Ya memang sudah setengah Tahun. Cepat bener waktu ini terasa, dan setengah Tahun lagi kamu akan berumur 1 Tahun. Tidak tahu, apalagi aksi yang akan kamu pamerkan pada Papa dan Mama-mu ini. Kamu lahir setengah Tahun yang lalu, Jumat 1 April 2011. Hari yang sama dengan Hari kelahiran Papa dan Mama-mu. Dulu kamu terlalu senang dalam kandungan Mama, sehingga harus di rangsang oleh Dokter biar keluar. Mama mulai berjuang dengan dirangsang sejak Hari Rabu malam, lama betul Papa-Mama nunggu kamu hingga Hari Jumat pagi Allah SWT mengijinkan Papa-Mama melihatmu secara langsung. Tangisanmu yang pertama melegakan Papa yang menunggu sekian lama. Setelah Papa meng-kumandangkan Adzan, kamu langsung bisa minum ASI tanpa kesulitan. Tepat usia 40 hari, kamu sudah mulai miring. Usia 2 bulan mulai kelihatan gigi-mu mau tumbuh, kejutan memang tapi menurut Bu Rahma (dokter), Kalsium dalam ASI-mu cukup tinggi. Bulan ke