Langsung ke konten utama

Postingan

(sementara) Jadi karyawan lagi!

Alhamdulillah, ternyata masih dipercaya orang. Ketika perlu karena ada tujuan yang dicapai, eh ternyata gampang. Allahu akbar. Saya dan Istri, ada keinginan untuk wiraswasta. Ada bisnis yang diimpikan bersama dan masih belum terjangkau sekarang. Sekarang juga berwiraswasta, namun bukan impian saya dan sedikit mungkin istri. Wiraswasta saat ini, harus diakui yang pinter adalah istri. Feelling dia sebagai pedagang sudah terasah mulai kecil. Saya cuman sebatas membantu. Meski lumayan hasilnya, namun jika dibagi 2 hasilnya biasa. Banyak waktu luang yang terbuang karena sebenarnya istri bisa sendiri melakukan, meski kemarin harus diakui saat anak masih kecil, harus gantian saling mengisi satu sama lain. Sekarang, athira sudah mulai besar, sudah bisa ditinggal. Saya harus berwiraswasta seperti yang saya lakukan saat saya kuliah dan lumayan juga. Biar ada 2 mesin yang menopang kami. Sekarang, masih 1 mesin. Itupun pistonnya 2 saya dan istri saya. Pengennya ada minimal 2 mesin, supaya outpu

Telat yang menguntungkan pelanggan

Anda Pengguna Telkomsel-SMS Banking BRI? Ada sesuatu yang perlu diketahui, ini didasarkan pada pengalaman pribadi. Seperti yang kita ketahui bersama, kalau biaya yang dibebankan ke pengguna SMS adalah sebesar Rp. 500/transaksi atau dengan kata lain per sms. Cara penarikan biayanya adalah dengan memotong pulsa pengguna bukan di rekening BRI pengguna. Ada yang perlu anda ketahui, ternyata pemotongan biaya dilakukan dengan cara 2 kali pertama adalah saat dikirim dan saat transaksi berhasil, namun bukan berarti biaya tersebut dobel, tapi akumulasi pemotongannya tetap senilai Rp 500. Seperti yang saya ketahui dari Brosur yang saya dapatkan di BRI kalau disitu disebutkan biayanya adalah Rp. 500/transaksi. Saya pernah mencoba mengisi pulsa dengan SMS banking, saat itu pulsa saya tinggal Rp. 75. Pengisian pulsa tidak bisa dilakukan. Kemarin, pulsa saya tinggal Rp 405 saya iseng-iseng mencoba dan ternyata bisa. Pertama, saat kirim SMS pulsa saya terpotong seperti kita kirim SMS seperti biay

Demi Listrik

Kepanasan lagi, dan lagi demi mengurusi listrik. Mungkin baru ini yang didapat hari ini. Besok ya pasti berjuang lagi. Saya tinggal RT 08 Desa Sukarahmat, Kecamatan Telukpandan, Kabupaten Kutai Timur. Ya namanya juga daerah perbatasan, sebelah timur jalan masuk wilayah Bontang, lha kami disebelah barat jalan masuk wilayah Kabupaten Kutai Timur. Perkampungan kami sekitar 700 meter dari Jaringan Listrik PLN. Praktis kalau ingin pasang listrik baru, PLN  harus menarik kabel ke lagi ke perkampungan kami sejauh 700 meter tadi. Penduduk yang ada di perkampungan kami kurang lebih ada 50-an rumah yang terdiri 33 Rumah warga dan 20-an Rumah yang ada di Kompleks Pesantren Hidayatullah. Jumlah yang tidak sedikit bukan. Belum lagi posisi perkampungan kami yang dekat kami ada pipa gas yang dipakai PLN untuk “menyalakan” PLTMG-nya. Itulah yang membuat hampir semua warga disini terlecut untuk berjuang mendapatkan listrik dari PLN. Berjuang dan berjuang. Sebelumnya, kurang lebih Bulan Maret 2011

Mohon maaf lahir batin

Setelah satu bulan berpuasa, tiba saatnya hari kemenangan dan tentunya menang buat yang berpuasa, itupun yang puasanya benar. Tahun ini terasa betul makna yang didapatkan dari Puasa, lebih paham makna-makna yang ada dari semua aktifitas. Kemarin-kemarin tidak terasa seperti ini, ada yang puasanya hanya sebatas kewajiban, pada tahun berikutnya puasanya sudah mulai bener dan ada "sesuatu" yang nempel dihati, mungkin baru kena bau-nya tattakun (taqwa). Tahun ini beda, bukan disuasana, bukan ditempat, tapi di hati. Iman mungkin sedikit naik, tattakun mungkin juga sama, atau naik dikitlah. Tapi perasaan mengambil makna dari sesuatu kejadian yang ada itu yang ada dihati sekarang. Tidak tahu apa yang terjadi, apakah cuman adanya peningkatan kedewasaan diri atau tahun ini lebih sering dengarkan ceramah pagi diradio mobil saat berangkat kerja, aku nggak tahu. Seperti waktu anakku jalan sendiri diparkiran pasar dan balik sudah dapat buah kelengkeng dari pedagang buah diparkiran pasar

Trik perbaiki per safety belt

Safety belt (sabuk pengaman) saat ini adalah peralatan pengaman yang mutlak harus ada. Jika tidak anda akan berurusan dengan aparat penegak hukum, tentu akan sangat repot. Namun, apa jadinya jika safety belt anda rusak? Mungkin anda dapat meniru pengalaman pribadi saya. Safety belt secara umun dibedakan menjadi 2, yaitu yang fixed dan yang flexible. Safety belt yang fixed, tidak bisa ditarik biasanya digunakan di mobil yang memakai kursi "racing", kursi penumpang di bagian tengah sedan atau mobil lainnya yang biasanya ada tulisan center-nya, bahkan sampai safety belt yang murahan yang biasa dipakai buat mobil yang tidak ada safety belt bawaan pabrik. Safety belt flexible biasanya menjadi standar bawaan pabrik, atau bisa juga anda membelinya dengan merogoh kocek Rp. 200-ribuan untuk sepasang safety belt fleksible yang paling murah. Namun, bagaimana jika safety belt anda rusak atau patah per (pegas)nya sehingga tidak bisa narik lagi? Ada solusi buat anda jika anda mengalam

Need more exercise

Lama nggak cas cis cus in english rasanya kaku, terbata-bata kalau ngomong. Padahal dulu nayamul (lumayan-bahasa malangan). Sekarang banyak ragu dengan tata bahasa atau ejaan dari tulisan. Aku dulu lemah dalam Bahasa Inggris, mungkin karena bawaan dari SMP. Maklum, dulu waktu SMP ada pengalaman buruk dengan Guru Bahasa Inggris, galak sih enggak tapi kaku. Masuk STM dapat Guru lebih parah, Guru-ku cerewetnya minta ampun, belum lagi kalau menghina orang parah abis. Sampai-sampai aku kasihan ada teman yang namanya Jamin (anaknya penampilannya cupu) jadi bahan olok-olokannya. Maaf ya min (jamin), nama-mu ku sebut. Kuliah dapat Dosen yang lumayan enak, cuman dia sering pakai Bahasa Inggris soalnya beliau pasti nganggap sudah dapat banyak dasar Bahasa Inggris di SMP dan SLTA, padahal aku 'nol puthol'. Aku ingat betul kata-katanya, "always use oxford dictionary". Maklum, beliau ingin standart cara pengejaannya sama dengan cara pengucapannya sesuai yang dia inginkan pake ca

Ketika Allah dalam gambaran anak-anak

Dalam hati aku tertawa ketika keponakanku yang Kelas 2 SD dengan bekal Iqro 3 'engkel-engkelan' (berdiskusi yang nggak mau ngalah satu sama lain) dengan keponakan juga yang masih Kelas 1 SD yang ngaji-nya masih Iqro 2. Topiknya tentang siapa yang pertama bikin 'buras' (makanan bugis yang seperti lontong-lah) dikampung sini. Biasanya mereka rame-rame bikin buras ketika Hari besar seperti Menjelang Idul fitri atau Idul Qurban. Buras adalah makanan favorit bagi masyarakat Bugis Pattinjo (suku istri-ku), dimasak dengan waktu kurang lebih 5-6 Jam. Dari 'eyel-eyelan' siapa yang pertama bikin buras. Pertama bilang ini itu, sampai akhirnya si-keponakan tadi merasa kepepet sehingga mengeluarkan jurus pamungkasnya yang tentu saja bikin aku ketawa, dengan nggak mau ngalah dia bilang, "yang bikin buras pertama ya Allah-lah". Si-keponakan satunya terdiam nggak bisa ngomong, maklum yang mereka tahu segala sesuatu yang nomer satu adalah Allah. Mereka makan mentah-me