Langsung ke konten utama

Postingan

Ketegaran Pak Bos

Nulis yang satu ini agak lama, karena mood nulis yang putus-nyambung. Jadi lanjutinnya sesuka hati, begini ceritanya. Hari kamis lalu (8/3/12), aku bertemu mantan Bos-ku di Perusahaan sebelumnya. Hubungan-ku dengan Beliau lebih dari sekedar Bawahan dengan Atasan, atau Karyawan dengan Bos. Sebagai Pemilik Perusahaan, Beliau membuat hubungan kerja kami seperti hubungan dalam lingkup keluarga, setidaknya itulah yang kurasakan dan itulah yang beliau perlakukan padaku. Beliau Keturunan Cina, namun gaya Jawa-Malang-annya begitu kental dirasa. Mendengar beliau akan ke Bontang dan pengen ketemu lagi denganku adalah hal yang menggembirakan bagi-ku. Saat masih kerja dulu, Beliau minimal 2 minggu sekali pasti datang ke Bontang buat melihat perkembangan site (cabang) yang di Bontang. Sekarang ini adalah pertemuan pertama kami setelah akhir Desember 2010 saat aku memutuskan keluar dari Perusahaan beliau terkait dengan berakhirnya Project yang ada di Bontang. Ada rasa haru yang terasa, Beliau memel

Pinter boleh asal nggak ngawur, apalagi keminter

Sudah kedua kali-nya nulis berbau religi, bukan memang lagi hobi 'nyantri' karena kalau cuman hobi nanti jadi nggak hobi lagi. Besar harapan ada keseimbangan duniawi dan akhirat serta meningkat dari hari kehari. Ini juga bukan 'keminter' apalagi 'minter-i'. Cuman 'share' dari ilmu yang aku tahu, syukur-syukur kalau ada yang punya ilmu lebih mendalam yang mau 'share' juga disini. Sekarang, banyak betul yang demo memprotes rencana Pemerintah untuk menaikkan harga eceran BBM per 1 April 2012. Dalam protes-nya, banyak media nasional yang memberitakan bahwa Mahasiswa melakukan sholat ghoib berjamaah dengan alasan yang macam-macam, ada yang Sholat sebagai simbol telah matinya kepekaan pemimpin kepada rakyat, dan masih banyak lagi. Lho..lho..Lho, yang sholat orang Islam, tidak tahu latar belakang-nya, Islam keturunan atau memang islam yang mengerti islam. Coba dipahami dulu apa itu sholat ghoib. Latar belakang sholat ghoib didasarkan hadits yang di r

Dari wudhu ke muhrim, dari persepsi ke opini

Apa hubungannya? Ini cuma sekedar ungkapan pikiran yang sebenarnya berawal dari persepsi istri melihat dari tayangan televisi. Ini sudah agak lama saya jelasin sama istri, namun ada sesuatu yang salah di tayangan televisi dan harus dikoreksi. Biar tidak ada lagi salah persepsi-salah persepsi berikutnya. Waktu habis wudhu, aku mau sholat. Tapi, istriku menggoda dan mau pegang tanganku. "eh, jangan pegang. Aku belum sholat. Nanti batal lho", aku bilang. "lho, kita khan muhrim, sudah halal dong", jawabnya. "ah, kata siapa?", tanyaku. Dia tidak menjawab, tapi aku tahu dia punya persepsi seperti itu karena liat tayangan di TV. Ada tayangan sinetron yang pengen kelihatan islami namun kurang paham dengan islami-nya. Salah satu contoh, ingat baru salah satu contoh ada tayangan tentang pesantren dan ustad rocker-nya. Ada adegan dimana Sang rocker yang habis menikahi gadis pesantren bilang ke gadis tersebut kita sudah muhrim, di beberapa episode sebelumnya sang

Ketika kebanggaan itu bernama Anak

Sekarang (13/01/12), Athira sudah sembilan Bulan, tiga belas Hari. Ada kebanggaan tersendiri ketika Anak memiliki kemampuan lebih dibanding anak seumurannya. Dibanding teman sebaya-nya Athira lebih mudah menangkap bila diajari sesuatu. Tidak tahu kenapa, apakah karena Otaknya yang lebih pintar, atau ke-telatenan Papa dan Mama-nya mengajarkan sesuatu sehingga dia terbiasa menangkap pelajaran yang diberikan. Seperti yang dibilang Neela di film Fast and Fourius: Tokyo Drift, "quick learner" atau cepet belajar itulah Athira. Penilaian mungkin sangat relatif, soalnya tidak ada parameter terukur untuk menilainya. Faktor emosional juga mungkin sangat berperan. Tapi, apapun itu ada kebanggaan tersendiri ketika penilaian cuman didasarin atas perbandingan dengan anak tetangga, anak kenalan, dan anak-anak lain yang seumurannya atau bahkan lebih. Ketika diajari cium jauh, hanya butuh dua kali cara cium jauh dia sudah bisa. Ketika diajari naik motor mainannya, dia langsung merespon mulut

Mau nulis tinggal nulis...

Ada saudara yang minta tolong diajarin nulis, kebetulan ada persyaratan nulis essay di Perusahaan yang dia bidik untuk dilamar. Wah, kalau aku sih mulai meninggalkan gaya tulis menulis baku. Cuman bisa sumbang saran buat konsep dulu tentang apa yang mau ditulis. Jadi, kesimpulannya apa dong? Kalau itu aku nggak tahu. Berdasarkan pengalaman-ku yang seluas tempurung kelapa, gaya nulis, tata cara nulis, konsep orang nulis itu berbeda satu sama lain. Ada yang melihat sesuatu langsung nulis, ada yang merencanakan nulis dan langsung nulis, ada yang abis buang hajat terus nulis juga ada. Ritual penulis beda-beda, namun aku belum pernah tahu ada penulis yang bakar kemenyan dulu, terus nulis. Kalau aku pokoknya lagi pengen nulis ya nulis, dan kalau nggak pengen nulis ya nggak nulis. Ada inspirasi datang buat ditulis kalau lagi nggak mood ya nggak nulis. Seperti sekarang, aku lagi pengen nulis ya nulis meski sambil gendong athira di parkiran pasar ya nulis. Toh nggak habisin waktu 15 menit buat

Jangkrik!, Sejuta Sumpah Serapah buat Pengecer BBM

Sudah hampir seminggu mobilku aku isi dengan Bensin eceran. Pagi ini sebelum berangkat kerja mobil ini tak beliin bensin 2 liter, kemarin diisi 5 liter, kemarinnya lagi 2 liter, dan 2 liter lagi dihari sebelumnya. Meski begitu aku merasa beruntung banget karena mobilku ini sangat irit kalau dilihat dari jarak tempuhnya, walau kadang-kadang kepikiran kepingin ganti dengan yang mesin diesel yang lebih bertenaga dan irit kalau didalam Kota. Jangkrik, asem, dan berjuta sumpah serapah yang ada di muka bumi buat pengecer yang rakus. Ingat, yang rakus saja. Meski ada juga pengecer yang tidak terlalu rakus menumpuk BBM dengan alasan ini itu, atau mungkin hanya kurang modal. Membeli BBM untuk ditumpuk dan dijual kembali dengan harga yang lebih mahal adalah pelanggaran hukum. Sudah beberapa kali aku menulis soal ini, namun apa boleh buat kejadian demi kejadian kelangkaan BBM di Kota Bontang dan sekitarnya masih terjadi, kalaupun stok aman itu cuman berlaku untuk beberapa saat saja, seterusnya a

Asah Otak

Mirip pisau, kalau nggak diasah tentunya akan tumpul. Begitu juga otak Manusia. Setelah Otak ini jarang istirahat 'mikir' saat kerja di Kontraktor Pertambangan, sekarang lebih banyak istirahat atau istilah ndeso-nya jarang mikir. Bukan berarti ini mengabaikan rutinitas-ku yang sekarang, soal mikir 'Usaha Mandiri'-ku yang sekarang, insting dan kejelian Sang Istri lebih dominan. Estimasi Sang Nyonya lebih 'cespleng' alias tepat sasaran. Kalau Sang Nyonya yakin, keuntungan dua kali lipat bahkan lebih dari modal gampang banget didapet. Maklum, jiwa dagang-nya sudah diolah mulai dari Sekolah Dasar. Lha, aku? Terbiasa berfikiran systematis, analisis, dan pemikiran-pemikiran kaku yang lain agak susah berkembang. Sebagai contoh, ketika ada pisang raja ukuran besar dengan harga Rp. 6.000/sisir istri-ku berani ngambil, karena bisa dijual Rp. 13.000/sisir atau paling apes Rp. 10.000/sisir itupun jarang terjadi dan kalau terjadi biasanya 'harga teman'. Nah, ketika